Hidup adalah sebuah perjalanan... Maka diri tak lepas dari ujian dan cobaan... Cobaan yang terberat adalah diri yang tak pernah merasa mendapat ujian.. Karena nyaman dalam kehidupan
Ketidaksadaran diri dengan cobaan... Menjadikan hidup terasa ringan... Walaupun itupun sebetulnya sebuah ujian... Dan kebodohan diri tidak menyadari bahwa kenyamanan adalah ujian
Maka cobaan yang terberat adalah matinya rasa dalam diri atas ujian... Dan lebih parah jika diri bergembira dengan cobaan...
KAS, 1/12/2021, Cobaan dan ujian
Sebuah syair yang dibacakan oleh KAS (Ki ageng Sumingkir) yang merupakan tokoh spiritual dan guru mengaji di perkampungan dipelosok desa yang terpencil. Pembacaan syair yang penuh makna merupakan kebiasaan dirinya dalam memulai sebuah perenungan aas topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut.
Topik pertemuan ini diangkat untuk meluruskan diskusi para santri yang di dengar oleh KAS. Diskusi tersebut membahas mengenai makna sebuah kalimat bahasa jawa yang sedang tren di kalangan santrinya. Kalimat tersebut adalah "bener durung tentu pener ananging pener iku uwis tentu bener."
Diskusi yang sempat didengar KAS ini menjadikan tergelitik untuk menyampaikan materi kepada para santrinya agar dapat mendudukkan sebuah kalimat pada tempatnya. Mendudukkan kalimat yang benar sesuai dengan maksudnya secara komprehensip yang sesuai dengan kajian yang biasanya.
KAS berkata: "fenomena yang terjadi sekarang ini banyak diri manusia yang beraktivitas dalam kehidupannya merasa telah melakukan sebuah hal yang benar. Ketauhilah anak-anakku bahwa dunia hanyalah tempat singkat dan cepat berlalu. Maka diri sebagai manusia untuk tidak berlomba-lomba melakukan kekeliruan yang hanya seperti berlomba mengejar-ngejar keinginan".
"Mengejar keinginan yang dilakukan dengan aktivitas sehari-hari kelihatannya adalah hal yang benar dan sudah biasa. Jadi ketika diri kita melakukan ini ibarat diri terbiasa dengan arus yang ada dalam kehidupan di sekitar kita. Dan pendapat yang ada bahwa kegiatan diri kita adalah sebuah hal yang benar".
"Ketahuilah anakku bahwa ketika berbicara masalah arus maka pasti akan berpikir apakah arus sungai atau arus negatif/positif. Memang hidup diri kita itu seperti mengikuti arus namun arus mana yang kita tuju."
Mengikuti arus
Para murid terdiam dan majelis terasa sepi karena KAS berdiam sejenak dan menuju tempat duduk untuk mengambil kopinya. Setelah dirinya duduk dan mencicipi kopi pahit yang merupakan kesukaannya dirinya melanjutkan nasehat tentang pemahaman mengikuti arus.
Kas berkata : "Ketika kehidupan kita hanya mengikuti arus sungai maka diri akan berpikir bahwa nanti larinya adalah ke laut dan itu adalah pemahaman umum. Bahasa ke laut adalah sebuah pemahaman yang kurang bagus karena memang akhir perjalanan adalah laut itu (kematian). Jadi hidup hanya sekedar numpang arus sungai dan hanya menunggu saatnya diri kita mati".
"Makna dari mengikuti arus ini adalah sebuah kebiasaan diri yang hidup hanya berdasarkan pemahaman yang ada tanpa berusaha untuk mencari tahu "kebenaran" dari hal tersebut. Hal ini dikarenakan kebiasaan diri belajar dari pemahaman pengetahuan yang turun temurun dan dianggap benar untuk sementara".