Lihat ke Halaman Asli

Pakde Amin

Perjalanan Dalam Mencari Harmonisasi Kehidupan Diri

Humor Sufi: Belajar Hidup ala Agency Theory?

Diperbarui: 24 November 2021   21:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Berkumpullah kawan... Karena sekarang bukan saatnya tidur... Karena mereka yang tidur sudah terbuai dengan kehidupan fana... Mengakibatkan diri pasrah dengan kondisi yang ada

Bulan selalu muncul di langit... Sedikit sinarnya pun mampu menerangi gelapnya malam... Ibarat diri dalam kegelapan... Maka bangun di kala malam dengan sedikit sinar rembulan... akan mampu membuka jalan bagi kehidupan yang indah.
KAS, Bangun Dari Tidur, 24/11/202
1

Ketika mendengar istilah agency theory mungkin terasa asing dalam diri yang tidak pernah belajar dalam bidang ekonomi khususnya keuangan.  Istilah teori agensi biasanya dipakai oleh para ilmuwan atau peneliti yang berkecimpung dalam mengkaji permasalahan hubungan antara agent (manajer) dengan principal (pemilik modal).

Teori agensi yang dikenalkan oleh Jensen & Meckling (1976) mengatakan bahwa adanya pemisahan antara pemilik modal dan manajer perusahaan akan menimbulkan konflik kepentingan.  Konflik ini didasarkan atas keinginan diri dari masing-masing baik pemilik modal yang menginginkan return/keuntungan yang maksimal dan manajer yang menginginkan imbalan kerja yang tinggi.

Pemilik modal pasti menginginkan return atas investasinya otomatis adalah dengan menekan biaya yang ada agar mendapatkan laba yang tinggi.  Di satu sisi manajer ingin imbalan kerja (gaji + bonus kerja) yang tinggi dan berdampak biaya akan meningkat.  Dua motivasi ini mengakibatkan permasalahan kedua pihak yang terlibat dalam suatu perusahaan.

Sebagai diri yang berkecimpung di bidang ini terasa "risih" ketika melihat hal ini terjadi karena adanya  dua pihak yang sama-sama merebutkan "roti" yang sama dari satu perusahaan dengan mengorbankan pihak-pihak lain.  Motivasi mendapatkan roti yang berlebih dalam ujud materi (imbalan investasi ataupun gaji dan bonus) dengan mengorbankan pihak lain terutama karyawan atau konsumen adalah sebuah bentuk kekeliruan dalam kehidupan diri manusia.

Sehingga teori ini berkembang tidak hanya melibatkan konflik dua pihak namun melebar menjadi konflik yang berkembang dengan karyawan-masyarakat-pemerintah.  Bahkan tidak bisa dipungkiri bahwa konflik ini bisa menjadikan diri kita bekerja karena ketakutan tidak mendapatkan jatah roti yang cukup untuk bekal kehidupan di dunia.   

Salahkah Teori Agensi?

Selama teori masih belum terbukti kekeliruannya dan masih belum ada yang mampu mendekonstruksinya maka kebenarannya masih dapat diterima.  Hal itu sesuai dengan hukum yang ada dalam pendekatan deduktif.  Dan sampai saat inipun masih banyak para ilmuwan yang menggunakannya untuk melakukan riset-riset di bidang keuangan.

Memang banyak yang mengatakan bahwa teori ini adalah sebagai jembatan untuk meminimalisir konflik kepentingan antara agent dengan pemilik modal dalam melakukan aktivitas bisnis/kehidupan perusahaan.  Sehingga ketika teori ini lemah maka akan muncul turunan sebagai penjelas atau penguat dari teori yang mapan ini.

Ketika banyak orang bicara salah atau benar tentang teori agensi ini maka sebetulnya langkah pertama yang dilihat adalah dasar pemikiran munculnya ilmu ini.  Dasar dari ilmu ini adalah filosofi kehidupan orang orang yang berlatar belakang pada paham kapitalisme-materialiasme.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline