Lihat ke Halaman Asli

Andi MuhaiminDarwis

Menulislah. Sebelum kenangan indah terbuang sia-sia. Hargai hidupmu lebih dari siapapun itu.

Orang Tua, Motivator Sedekah Utama

Diperbarui: 16 Mei 2019   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi pribadi

Ada pelajaran berharga pagi ini. Dari seorang Ibu, tanpa metode mendikte ala emak-emak.

Pagi tadi, aku mencoba membujuk Ibuku agar dapat membantu memberikan hidangan buka puasa bagi anak-anak di salah satu panti di Kota Makassar.

Dengan tersenyum, Ibu seketika memberikan uang beberapa lembar agar dapat kugunakan sebagaimana mestinya.

Kuambil, lalu secepat kilat keluar dari kamarnya yang dingin di subuh hari. Menyembunyikan raut wajahku yang terharu. Dari banyak bantuan yang diberikan, baru kali ini yang betul-betul menghentak sanubari.

Sejak kecil, Orang tuaku mendidik anak-anaknya dengan begitu sederhana. Kenginan anaknya yang bersifat materi, sebisa mungkin dihindari dengan dalih tak memiliki uang. Teringat akan sepatuku yang robek sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. Meminta sepatu baru seperti mencari akhir dari serial One Piece. Berbelit-belit; berkalut-kalut; entah kapan berakhirnya.

Namun, jika ada permintaan sumbangan dan sedekah dari masjid terdekat hingga yang jauh, dari panti asuhan terjangkau hingga terpencil, maka keduanya tak sungkan memberikan. Justru terkadang menambahkannya. Bergantung pada sesulit apa kondisi orang yang datang pada saat itu. Kadang ini yang membuatku memberontak tak karuan. Sepatu yang tak lebih dari Rp.100.000, tak diberikan meski sudah tak stabil untuk dijadikan pijakan. Sementara panti asuhan dan masjid yang lebih dari itu justru diberikan secara cuma-cuma.

MasyaAllah, pesan eksplisit itu baru dapat terserap logika dengan baik di umur lebih dari 20 tahun.

Betul-betul mengharukan melihat Orang tua yang menganggap harta hanyalah titipan. Bukan warisan. Untuk disedekahkan. Bukan untuk dipamerkan. Apalagi hanya untuk adu keren-kerenan.

Melalui kejadian ini, saya teringat akan potongan surah Al Imran ayat 134:

"Yaitu orang yang menginfakkan hartanya di lapang maupun sempit..."

Juga teringat suatu kutipan dalam buku Melihat Kebaikan Dari Segala Sisi, bahwa rezeki berupa materi adalah harta yang kita dapatkan setelah kita menginfakkan sebagiannya terlebih dahulu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline