Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Mendikbud), Prof. Dr. Muhajir Effendy, menyambangi kampus Universitas Muhammadiyah Makassar beberapa hari yang lalu (1/4/2019). Kehadirannya sebagai keynote speaker pada acara Seminar Nasional IMM Gold oleh rekan-rekan Pimpinan Komisariat IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) Fakultas Teknik Unismuh Makassar.
Dengan tema "Peran Pendidikan Dalam Melahirkan Generasi Milenial Yang Tercerahkan", beliau betul mengembalikan kesadaran mahasiswa milenial secara radikal dengan sajian ilmu yang amat padat dan jelas mengenai bekal mahasiswa menghadapi Revolusi Industri 4.0.
Saat membuka seminar, beliau menjelaskan dengan apik tentang generasi milenial dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat luar biasa. Ada beberapa poin yang saya garis bawahi sebagai acuan dalam menambah ilmu pengetahuan. Beliau menjelaskan bahwa generasi milenial adalah 'Gen Z' yang hidup pada awal abad 21; bagaimana GPS (Global Positioning System) sudah bukan rahasia semenjak Amerika menyerang Irak pada tahun 2004; bagaimana peran ilmuwan Islam seperti Al Khawarisymi yang usefull untuk zaman dengan algoritmanya yang digunakan sebagai search engine yang memungkinkan Instagram membaca otak manusia untuk menampilkan apa saja yang sering dicari oleh penggunanya.
Menteri dengan aksen jawa yang khas itu juga menarik mahasiswa untuk belajar kepada masa lalu, dengan menceritakan bagaimana komputer pada abad 20 adalah barang yang amat langka. Beliau mencoba bernostalgia dengan telepon genggam mahal yang beliau beli, lalu seketika terdegradasikan oleh merk Motorola, Nokia, Blackberry, sampai kepada android yang kita gunakan sekarang. Lebih lanjut, beliau mengatakan makna dari kesemuanya itu adalah bahwa zaman sangatlah cepat untuk berubah secara drastis dan tidak ada posisi yang aman. Beliau mengingatkan ketika merk Nokia yang saat itu dikiranya akan abadi, ternyata seketika lenyap dari panggung persaingan global. Begitu juga BlackBerry yang merintih dan mundur dari globalisasi.
Melihat perkembangan zaman dengan perubahan yang amat cepat, membuat generasi milenial harus menyesuaikan diri dengan memiliki skill khusus, yaitu kreatifitas. "Siapa yang kreatif, dia yang akan bertahan", tegasnya.
Menurutnya, menyongsong Revolusi Industri 4.0 mengharuskan kita untuk memiliki karakter agar tidak terombang-ambing. Zaman boleh berubah, namun karakter tidak.
Religiusitas
Religiusitas adalah poin pertama yang beliau angkat, mengingat bahwa agamalah yang membuat kita menyatu dan tunduk pada aturan. Budaya saling menghargai dan sebagainya adalah implementasi dari religiusitas.
Gotong Royong
Sebagai warga negara Republik Indonesia, gotong royong menjadi karakter yang wajib melekat pada diri setiap insan. Jika sedari awal tak ada semangat bergotong royong, maka kita tetap menjadi bangsa yang terpecah.
Nasionalisme/Kebangsaan