Lihat ke Halaman Asli

Muh Afit Khomsani

Netfid Indonesia

64 Tahun Mengabdi: Membaca Ulang Strategi Globalizing PMII

Diperbarui: 17 April 2024   23:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keterlibatan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dalam gerakan pemuda internasional sudah dimulai jauh sejak organisasi ini berdiri. Mengutip Ahmad Hifni, PMII telah menjadi organisasi mahasiswa yang sudah berpengaruh di 'usia muda', di mana PMII telah banyak menginisiasi gerakan kepemudaan, baik pada level nasional maupun internasional. 

Misalkan, pada September 1960 Said Budairi -Sekretaris Umum PP PMII- menjadi delegasi pemuda Indonesia dalam Konferensi Pembentukan Panitia Internasional Forum Pemuda Sedunia atau Constituent Meeting for the Youth Forum di Moskow. 

Pada saat yang sama, Ia juga melakukan konsolidasi dengan mahasiswa NU di Mesir untuk merumuskan gerakan pemuda NU di luar negeri.[i] Menindaklanjuti inisiaitif tersebut, Ketua I PP PMII Chalid Mawardi kemudian mewakili organisasi untuk hadir pada the 1961 International Youth Forum di Moskow pada Juni 1961.

PMII juga menjadi bagian dalam gerakan pemuda global untuk merespon dinamika politik dan keamanan di Palestina. Pada Maret - April 1965, beberapa delegasi PMII seperti Mahbub Junaidi (Ketua Umum PP PMII) dan Chotibul Umam menghadiri International Seminar yang diinisiasi oleh the General Union of Palestine Students (GUPS) pasca berdirinya the Palestine Liberation Organization (PLO) pada 1964 serta merespon konflik Palestina-Israel di Tanah Yerusalem. 

Diwakili oleh Abdurrahman Saleh dan Siddiq Muhtadi, PMII juga menjadi inisiator lahirnya biro mahasiswa dalam Organisasi Islam Asia-Afrika (OIAA).[ii] Sebagaimana diketahui, OIAA merupakan follow-up dari Konferensi Islam Asia-Afrika di Bandung pada Maret 1965, sebuah gerakan non-blok alternatif dan pertemuan umat Islam dari negara-negara di wilayah Asia dan Afrika untuk melawan praktik kolonialisme Barat. Lainnya, PMII juga menjadi bagian dari organisasi World Assembly of Youth atau WAY yang mempunyai fokus pada pengembangan kapasitas kepemimpinan pemuda internasional.

Meskipun demikian, intensitas partisipasi PMII di tingkat internasional sedikit menurun ketika Indonesia mengalami transisi politik pada akhir 1960an. Situasi sosial politik era Orde Baru memaksa PMII untuk fokus pada dinamika dalam negeri dan internal organisasi. 

Praktis, dekade 1970an hingga awal 1990an menunjukan kesibukan PMII dalam menata internal organisasi akibat restrukturisasi ideologi negara dan peliknya politik otoritarian Suharto. Hingga pada akhirnya, pembelajaran penting dari era Orde Baru memberikan refleksi bagi PMII untuk merumuskan ulang paradigma organisasi, termasuk pentingnya melihat dinamika relasi antarnegara yang tengah berkembang dan kontribusi pemuda di dalamnya. Beberapa inisiasi PB PMII pasca era reformasi berhasil menunjukan kepada dunia bagaimana peran PMII. 

Penulis mencatat beberapa international events yang diprakarsai oleh PB PMII, seperti ASEAN Youth Leaders Forum (2002), Asia Pacific Interfaith Youth Meeting (2010), dan ASEAN Plus 8 Youth Assembly (2013).[iii] Capaian PMII lainnya adalah pembentukan Pengurus Cabang Internasional (PCI) PMII di beberapa negara seperti Jerman, Maroko, dan Tiongkok, delegasi Indonesia dalam Forum Youth 20 (Y20) Group of Twenty Indonesia 2022, ASEAN Youth Interfaith Camp, dan lainnya.

Implementasi Nilai, Prinsip, dan Ajaran Organisasi

Internasionalisasi atau globalizing PMII adalah wujud implementasi dari prinsip, nilai, dan ajaran organisasi itu sendiri. Paham dan ajaran Ahlusunnah wal Jamaah atau Aswaja tidak cukup hanya dimaknai sebagai pedoman dalam ritus sakral semata. Lebih dari itu, Aswaja harus dijadikan sebagai metode berpikir keagamaan yang lebih terbuka, adaptif, toleran, mencakup semua aspek kehidupan manusia, dan tidak terbatas sekat ruang dan waktu.

Lainnya, Nilai Dasar Pergerakan atau NDP PMII sebagai kalimatun sawa (tali pengikat) mengajarkan bahwa penting untuk menjaga hubungan baik antar sesama manusia atau hablum minannas. Sudah seharusnya bahwa kita sadar akan kelebihan kekurangan sebagai manusia sehingga harus saling menghormati, tolong-menolong, dan bekerja sama untuk mewujudkan tatanan kehidupan bersama. Paham tersebut menekankan bahwa tidak ada lagi superioritas, dominasi, dan subversi antarmanusia di dunia, yang ada hanya persamaan dan keadilan untuk semua. Dalam konteks ini, globalizing PMII dan diaspora PMII sama dengan membuka cara pandang masyarakat luas dan internal organisasi untuk secara inklusif menerima fakta historis dan sosiologis tentang multikulturalisme dan perbedaan yang ada.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline