Lihat ke Halaman Asli

Ramadhan, Bulan Penuh Razia

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jutaan masyarakat Indonesia mengumandangkan selamat datang kepada bulan ramadhan. Marhaban yaa ramadhan, kira-kira begitulah lafadz yang acap kali terucap dari bibir kita. Bedug ditabuh, tarawih digelar, bahkan selalu penuh sesak dimalam-malam awal, tak heran jika bisa terasa lebih sesak dari shalat jum'at. Letupan petasan pun sesekali membahana dipojokan pemukiman, seolah menandakan bulan yang dinanti-nanti telah tiba. Namun pemandangan seperti ini, selalu saja menimbulkan pertanyaan besar dibenak saya. Entah mengapa, saya melihatnya, masyarakat kita ini selalu haus akan bentuk, momen, dan segala sesuatu yang bersifat simbolis dalam beribadah. Kadang saya suka berfikir, kalau memang mereka bisa membuat shaf berpenuh sesak dimasjid, saat tarawih yang hukumnya sunnah, mengapa mereka sangat sulitnya melakukan shalat wajib berjamaah dimasjid? Momen, mungkin itu yang membuat mereka tergerak, membuat para ibu-ibu bangkit dari depan TV, menyudahi tontonan sinetron untuk sejenak. Kalau dibilang ibadah yang opportunis, bisa jadi, toh banyak para da'i kita yang mengimingi jemaahnya dengan berkali-kali lipat hitungan pahala dibulan ramadhan, yang saya sendiri kurang faham, darimana formula matematis perhitungan pahala itu berasal. Jadi jangan salahkan umat islam di negara kita yg selalu beribadah dengan orientasi berburu pahala, karena dimata mereka ibadah itu memang untuk menuai pahala sebanyak-banyaknya. Bicara opportunis, pemerintah kita juga tampaknya tak ingin melewatkan momen ramadhan ini begitu saja. Digelontorkannya sejumlah peraturan untuk merazia pekerja seks, blokir situs porno, razia hotel, razia tempat hiburan, sampai warung makan yang omset perharinya tak lebih dari uang jajan harian anak pejabat-pun, ikut terkena razia. Seolah aktivitas razia ini sudah menjadi rutinitas tahunan setiap bulan puasa. Alasannya klasik, untuk menghormati bulan puasa. Masyarakat kita mungkin lupa, bahwa esensi puasa adalah menahan godaan, bukan menghilangkan godaan. Kalau memang pemerintah ingin memusnahkan kemaksiatan, lalu kenapa hanya dibulan puasa.

Yang paling menyedihkan, razia warung makan disiang hari, bahkan di Depok razianya sampai masuk mal. Entah apa yang ada difikiran pemerintah kita, karena diluar sana banyak orang yang tidak berpuasa, entah karena sakit, musafir, atau memang non-muslim. Wajar kalau mereka mencari makanan untuk makan siang mereka, mereka berhak kok untuk makan dimanapun mereka mau. Lalu haruskah kita menghormati bulan puasa, dengan tidak menghormati yang tidak berpuasa? Dan untuk pemerintah, apakah ini bentuk penghormatan pemerintah terhadap ramadhan? ya bisa jadi, paling tidak ini menjadi sebuah penghormatan temporer, yang berdurasi 30 hari. Selamat menunaikan ibadah puasa.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline