Lihat ke Halaman Asli

Muh Syifaun

hanya ingin menulis

Melihat Korupsi Dana Bansos dengan Kacamata Rakyat Kecil

Diperbarui: 25 Februari 2022   08:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pentingya etika politik untuk para pemegang kekuasaan sebagai penghalau kabut kelam kejahatan korupsi di Indonesia-dokpri

Hari ini pukul satu dini hari, aku masih terjaga sambil memadangi handphoneku, tak terasa jariku menekan sebuah pertal berita online dari twetter.

Berita yang aku baca tersebut berjudul Korupsi bansos yang dilakukan oleh pejabat pemerintah setempat, pikirku mungkin itu sebuah ke khilafan dan mungkin nanti uang korupsi akan di kembalikan ke kas negara lagi.

Keesokan harinya aku bersiap untuk kuliah pagi, aku merupakan mahasiswa salah satu perburuan tinggi swasta di Jogja. Setelah persiapan selesai akupun segera menyalakan motorku untuk dipanasi, tak berselang lama aku mendengar suara cekcok dari rumah tetanggaku pak Fani dan istrinya bu Rina.

Pak Fani dan Bu Rina merupakan keluarga dengan ekonomi pas-pasan, pak Fani bekerja sebagai guru PPKn di sebuah sekolah swasta dengan gaji yang terbilang kecil berbanding terbalik dengan tanggung jawabnya sebagai seorang guru mata pelajaran PPKn. Sementara bu Rina membuka toko kelontong di rumah sekaligus sebagai ibu rumah tangga. Pak fani dan bu Rina tinggal berempat dengan kedua anak laki-lakinya, anak pertama kelas satu SMA sedang anak kedua kelas tiga SMP.

Mendengarkan perdebatan tersebut naluri mengupingku pun timbul, setelah beberapa saat mendengarkan dengan seksama aku paham yang mereka perdebatkan ternyata perihal biaya SPP sekolah kedua putranya yang mulai jatuh tempo, dari pak Fani ingin meminjam uang terlebih dahulu untuk menutup SPP sedangkan dari bu Rani bersikeras ingin meminta kebijaksanan sekolah untuk menunda kewajiban SPP setidaknya untuk bulan ini.

Tak terasa jam sudah menunjukan pukul delapan aku pun bergegas memacu sepeda motorku menuju kampus.

Setelah perkuliahan selesai aku berbincang dengan teman kelasku ia bernama Anton. Dalam perbincangan tersebut Anton bercerita sebelum berangkat ke kampus ia bertemu orang gila, orang gila tersebut bernama Supri menurut anton, Supri berperawakan kurus kering dengan jenggot tebal.

Supri tidak mau diberi makan dengan cara diulurkan tangan, tetangga yang iba biasanya meberi makanan dengan menaruh makanan yang akan di berikan di tanah begitu saja .

Menurut Anton, Supri dulu orang yang baik yang membuat orang di sekitarnya menghormatinya. Supri menikahi Risma yang juga satu kampung denganya, dari pernikanya tersebut mereka dikaruniai seorang anak yang saat ini sudah kelas 6 SD.

Supri mulai terlihat sering ngelamun setelah ia di phk dari tempat ia bekerja. Beberapa minggu kemudian Supri mulai terlihat tidak waras ia sering berjalan tanpa tujuan dan memungut makanan sisa dari tempat sampah yang kemudian ia sembunyikanya di balik bajunya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline