Manusia hidup dalam keterbatasan, selalu ada yang mengintai untuk mengakhiri hidup yaitu waktu kematian. Disadari ataupun tidak hidup kita dibatasi oleh waktu. Di dalam Islam sendiri perihal kesadaran akan waktu sangat ditekankan, dalam Al- Qur’an Allah mengingatkan dalam surah Al-Asr dan beberapa surah lainnya diawali dengan perihal waktu begitupun dengan hadis nabi banyak yang menekankan akan pentingnya waktu. Pepatah arab pun mengatakan “waktu bagaikan pedang, jika engkau tidak mampu menggunakannya dengan baik maka suatu saat ia akan memotongmu”. Waktu bersifat tetap dan tidak mengalami perubahan, selalu akan ada 24 jam sehari, 60 menit perjam, dan seterusnya. Oleh karena itu hanya akan ada dua kemungkinan, engkau dikendarai oleh waktu atau sebaliknya engkau yang mengendarai waktu.
Kemungkinan dikendarai Oleh Waktu
Pada kemungkinan pertama, engkau dikendarai oleh waktu. Orang yang dikendarai oleh waktu adalah mereka yang tidak mampu menguasai waktu, terkontrol oleh waktu dan dibuat “keteteran” oleh waktu. Perlu direnungkan bahwa kita hanyalah serpihan hari-hari yang jika hari-hari itu telah pergi maka sebagian dari kita telah lenyap. Ketidakmampuan dalam mengatur waktu membuat hari-hari kita pergi tanpa mendapatkan manfaat yang maksimal serta merenggut hari-hari berikutnya untuk melanjutkan aktivitas yang seharusnya terselesaikan di hari sebelumnya. Jika berada dalam kondisi seperti ini, maka kita mengalami dua kerugian, rugi tenaga dan rugi waktu. Tenaga bisa dipulihkan, namun tidak dengan waktu.
Penyebab utama dari kemungkinan ini ialah terlena dengan para “pencuri waktu”. Para pencuri waktu di zaman sekarang memiliki bentuk yang beragam. Teknologi adalah salah satu pencuri waktu paling berbahaya. Kehadiran HP, jaringan internet, Tv dan juga acara-acara hiburan yang kita menghabiskan waktu berjam-jam di depannya tanpa kemanfaatan. Para pencuri waktu mengahncurkan keagungan waktu, mereka membuang-buangnya untuk hal yang tidak penting.
Dr. Ibrahim Elfiky dalam bukunya management waktu setidaknya memaparkan beberapa wajah pencuri waktu, diantaranya menanti-nantikan dan penangguhan, mencampuradukkan beberapa hal yang penting, tidak ada kefokusan (konsentrasi), tidak adanya keberanian mengatakan “tidak”, perkumpulan yang tidak efektif, dan menunggu.
Kemungkinan Mengendarai Waktu
Kemungkinan kedua, engkau mengendarai waktu. Pada kemungkinan ini ialah orang yang mampu memenage waktu sehingga ia mampu memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya. Ia tidak merasa “tertekan” dengan waktu. Mengendalikan waktu bukan berarti dalam semua aktivitas dapat terlaksana, namun ia mampu menentukan prioritas yang lebih penting untuk dilaksanakan. Sering kali kita keliru dengan berasumsi bahwa cara terbaik memanfaatkan waktu yaitu selalu sibuk dengan pekerjaan sehingga kita tidak punya waktu untuk keluarga dan lingkungan sekitar. Sebagai manajer waktu kita harus mampu menggunakan waktu dengan sangat bijak dalam setiap aktivitas sehingga memperoleh manfaat yang maksimal, bukan hanya untuk diri sendiri tetapi juga untuk orang-orang sekitar yang sudah seharusnya menjadi prioritas kita. Karna waktu dipandang sebagai kehidupan, maka setiap detiknya tidak dibiarkan berlalu tanpa menghasilkan manfaat yang menyelamatkan. Untuk menjadi manajer waktu dibutuhkan konsistensi dan semangat.
Menjadi Manajer Waktu
Dr. Ibrahim Elfiky memberikan beberapa langkah untuk meningkatkan semangat agar menjadi manajer waktu yang baik. Menurut beliau harus dimulai dengan tekad, putuskan diri anda untuk menjadi manajer tebaik untuk waktu dengan tidak menangguhkan dan membuang waktu secara percuma. Dengan menyandangkan diri sebagai manajer waktu, maka anda akan bekerja seolah-olah anda memilikinya. Sugesti semacam ini akan megukuhkan gambaran nilai-nilai profesional di dalam batin, yang pada selanjutnya membantu kita untuk mewujudkan gambaran tersebut. Setelah memberikan sugesti, selanjutnya buatlah jadwal kegiatan dengan mendahulukan prioritas yang lebih penting lalu jadikanlah silabus kehidupan harian. Langkah terakhir konsistenlah terhadap jadwal yang telah direncanakan, beliau menganjurkan untuk menggunakan kekuatan 21, yaitu mencoba konsisten selama 21 hari.
Waktu adalah hal yang paling berharga yang kita miliki, hal termahal dan terutama maka sangat disayangkan ketika ia hanya berlalu begitu saja. Sesungguhnya waktu adalah serpihan usia anda maka jangan dihabiskan kecuali dalam hal yang menyelamatkan. Orang bijak mengatakan siang dan malam telah beraktivitas kepada anda, maka beraktivitaslah pada keduanya, dan keduanya mengambil dari anda maka ambillah dari keduanya. Kesadaran akan waktu yang terbatas akan menumbuhkan semangat dan produktivitas. Apa yang akan kita lakukan jika kita tahu waktu kita tinggal sebulan? Bagaimana kita menghabiskannya? Tentu kita akan menghabiskannya dalam kebermanfaatan yang menyelamatkan dan tidak akan menunda-nunda setiap detiknya. Ibnu Qayyim mengingatkan kita bahwa diantara kesia-siaan yang paling besar adalah membuang-buang hati dan waktu, membuang-buang hati karena mementingkan dunia atas akhirat, sedangkan membuang-buang waktu adalah karna panjang angan-angan, maka semua kerusakan berkumpul dalam mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Sekarang jalanilah setiap kesempatan seolah-olah itu adalah kesempatan terakhir dalam hidup anda, lakukan perbaikan di usia yang tersisa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H