Lihat ke Halaman Asli

Muh. Taufik

belajar dan terus belajar memperbaiki diri

Setuju Pembatasan Energi

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1292207580319268666

[caption id="attachment_79678" align="alignleft" width="150" caption="dokumen pribadi"][/caption] Dalam tulisan saya sebelumnya (Macet Bagian dari Budaya Kebanggaan), saya sudah menyinggung ketidak setujuan saya atas pemborosan energi.Saat ini pemerintah mewacanakan akan mencabut subsidi BBM, dan itu berarti harga BBM akan naik. Otomatis harga-harga juga akan melambung sampai ke langit, karena sudah lazim alasan pedagang: "semua barang diangkut dengan kendaraan". Indonesia sejak dari dulu sudah bersikap welcome terhadap segala hal yang berbau modern,terutama kendaraan. Maka tak heran jika segala macam model kendaraan hilir mudik di jalanan dan itu berarti peningkatan jumlah penggunaan BBM. Dulu pernah diwacanakan akan digunakan sumber energi alternatif, misalnya minyak jarak. Tapi upaya ini hilang tanpa kabar, padahal sudah banyak petani di Sul-Sel termasuk saya sudah bersiap-siap menyambut tanaman produktif ini. Pencabutan subsidi BBM menurut saya adalah solusi yang kurang tepat, walaupun hal ini sudah diwacanakan sejak tahun 2006  yang lalu. Secara teknis, pengurangan subsidi BBM yang lalu dananya dialihkan untuk membangun prasarana fisik di desa-desa dan perkotaan, yang ternyata pelaksanaannya tidak efektif.Karena menjadi ajang memperkaya diri bagi sebagian orang. Sebaiknya menurut saya, subsidi itu tetap ada meskipun terbatas bagi orang yang kurang mampu. Coba kita bayangkan, orang miskin dengan pendapatan rendah mengeluarkan pembayaran penggunaan BBM/jasa dari BBM (naik kendaraan) sama dengan orang mampu.Rasanya kurang adil. Sebab masih banyak penduduk kita dipelosok desa, dusun yang menggunakan minyak tanah untuk penerangan karena listik belum masuk ke kampung. Mereka umumnya petani miskin yang susah dan akan semakin susah.Penerangan listrik alternatif pun tidak terlalu dilirik oleh pemerintah, misalnya pembangkit listrik tenaga surya yang sangat cocok ditempatkan di kampung-kampung yang masih jauh dari jangkauan bentangan kabel PLN, mungkin pemerintah takut jika ini menjamur pasokan listriknya nanti bisa tidak laku. Akhirnya banyak penduduk kita yang berasal dari tempat gelap, lahir dari tempat gelap, tumbuh gelap-gelapan dan matipun masuk ke tempat gelap. Saya lebih setuju jika digunakan sistem subsidi silang, orang kaya menyumbang orang miskin.Penggunaan energi mereka harganya sedikit lebih tinggi dari orang-orang biasa.Pembatasan kepemilikan kendaraan wajib diberlaku kan, produksi/penggunaan sepeda motor dikurangi, angkutan umum diperbaiki kualitas pelayanannya,fasilitas publik juga harus bagus dan mampu melayani kebutuhan masyarakat.Kemacetan juga bisa dikurangi. [caption id="attachment_79679" align="alignright" width="150" caption="dokumen pribadi"]

1292207680549243856

[/caption] Penggunaan BBM dalam negeri kelihatannya memang cukup besar,dari segmen remaja saja anak-anak muda kita terkadang lebih banyak menggunakan BBM untuk hal-hal yang kurang perlu,kebanyakan hura-hura.Mereka tidak sadar bahwa tindakan ugal-ugalan itu cukup besar sumbangannya dalam memboroskan penggunaan BBM.Apalagi pabrik skala besar,pasti jauh lebih besar lagi Sekali lagi saya cukup setuju, jika pemerintah bijaksana meninjau kembali aturan penggunaan BBM. Hal ini demi untuk menjaga ketersediaan stok bahan baku alamiah BBM kita, jangan sampai 10 tahun ke depan kita sudah kehabisan sumber daya alam itu akibat terlalu boros saat sekarang ini.



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline