Lihat ke Halaman Asli

Muh. Taufik

belajar dan terus belajar memperbaiki diri

Semut Pohon, Obat Alternatif Penyakit Kulit

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Semut pohon atau dalam Bahasa Makassar disebut bumbe’ adalah sejenis semut berwarna merah agak transparan yang hidup membentuk sarang dipohon – pohon tertentu, pohon yang disukainya adalah terutama pohon mangga,mahoni dan beberapa pohon yang berdaun rimbun.

Semut jenis ini jarang sekali membuat sarang ditempat yang rendah, umumnya sarang yang mereka buat ditempatkan didahan pohon yang cukup tinggi. Jauh menjorok keluar diujung ranting pohon. Mereka hanya turun ke tanah untuk mencari mangsa atau jika ada angin kencang. Jumlah penghuni koloni semut ini cukup banyak, mulai dari semut dewasa, ratu yang bertelur, semut prajurit, semut pekerja dan bayi-bayi semut, semuanya menyatu dalam sarang yang biasa mereka buat sebesar bola kaki dengan menyambung dedaunan yang akan dibuat sarang dengan sejenis serat berwarna putih yang mereka buat sendiri.

Telur semut ini juga cukup bagus dijadikan umpan ikan air tawar seperti mujair (jabiri’), bawal (cambang-cambang/bale janggo’), ikan gabus (kanjilo) dll. Caranya mudah, kumpulkan saja telur-telur yang cukup besar, tempatkan dalam daun pisang, lipat terus panaskan diatas api sampai matang. Selanjutnya siap dijadikan umpan.

Tapi, jangan dikira mengumpulkan telur semut ini gampang, mereka pasti akan melawan habis-habisan dengan menggigit dan menyemprotkan cairan yang terletak dibagian belakang badan mereka. Rasa dari cairan ini agak asam dan cukup pedis jika mengenai mata manusia atau binatang pengganggu lainnya.

Semut pohon ini menyukai jenis makanan apa saja, bahkan daging sekalipun.

Kalau tidak percaya, cobalah letakkan sepotong daging atau tulang didekat mereka, maka dalam sekejap potongan daging atau tulang itu pasti akan diserbu dan diangkut kedalam sarang.

Meskipu termasuk galak, semut ini ternyata mempunyai manfaat yang sangat besar. Penulis sendiri pernah membuktikan khasiat dari cairan yang terdapat dalam tubuh semut pohon ini.

Resepnya sederhana.

Bermula dari saran ibunda penulis yang waktu itu melihat ditangan penulis tumbuh kutil atau biasa juga disebut mata ikan (tilang,Mks) biasanya terasa gata)l. Oleh ibunda, penulis diminta untuk mencari dan menangkap beberapa ekor semut pohon yang sudah dewasa dan mempunyai cairan tubuh yang banyak. Kemudian bagian ekor dari semut merah ini ditempelkan ke kutil atau mata ikan tersebut, sampai cairan dalam tubuh semut keluar dan membasahi kutil atau mata ikan. Begitu dilakukan terus menerus beberapa kali, sampai kulit luar kutil atau mata ikan itu menjadi lunak.

Bagian luar dari penyakit kulit itu selanjutnya akan menjadi lembek dan bagian dalamnya akan menjadi hitam. Warna kehitaman itu sendiri adalah akar kutil yang mati terkena resapan cairan dari tubuh semut merah ini. Jika sudah begini, maka kita tinggal mengangkat kutil tersebut dengan mudah. Biasanya disertai pendarahan, tapi biarkan saja karena pendarahan disertai rasa perih itu akan berhenti sendiri dan kutil akan tercabut sampai keakar-akarnya.

Menurut pengalaman, penyakit kulit ini akan mudah tumbuh kembali jika masih ada akarnya yang tersisa. Oleh karena itu harus dibersihkan betul-betul karena jangan sampai kita menjadi manusia akar gara-gara sekujur tubuh ditumbuhi penyakit kulit.

Menurut ilmu kedokteran, penyakit kulit semacam ini disebabkan oleh sejenis virus. Mungkin saja cairan tubuh semut merah ini mempunyai kombinasi zat yang bisa melawan virus. Karena terbukti setelah itu, tangan penulis menjadi sembuh dan tidak ditumbuhi lagi.

Rupanya memang khazanah alam kita sangat kaya raya, tinggal dibutuhkan kreatifitas penduduk Indonesia yang harus bijak menyikapi, menggali dan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia.

Tuhan sudah memberikan segala kebutuhan hidup manusia di Nusantara yang subur ini. Kini,semuanya kembali kepada kita.

Maukah kita menjaganya atau tidak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline