Lihat ke Halaman Asli

Muh. Taufik

belajar dan terus belajar memperbaiki diri

TKW Pahlawan Kamikaze

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Miris benar hati saya saat menonton TV,duduk disamping anak saya yang paling kecil, yang tidur sambil memeluk mainannya  setelah capek sehabis berkelahi dengan sang kakak.Siang itu saya menyimak salah satu berita dari siaran TV diruangan tengah.Kerah baju basah dilumuri keringat karena hawa yang sangat gerah siang itu.Berita itu makin menambah gerah hati ini melihat nasib 2 orang TKW yang disiksa di Arab sana.

TKI,TKW atau apapun namanya adalah manusia-manusia yang kurang mendapat tempat yang layak dinegerinya sendiri, negeri yang konon digelari gemah ripah loh jinawi toto tentrem kertoraharjo.Tapi itu dulu,cerita masa silam "cerita di zaman normal".Sekarang negeri itu kini dikenal baik sebagai negara pengekspor tenaga kerja keluar negeri,negeri yang dulu disebut potongan surga yang hilang telah berubah menjadi surga kaum koruptor.Korupsi yang membuat banyak penduduk tidak bisa mendapat pelayanan yang layak.Sehingga harus mengadu nasib dikampung orang sekaligus mengadu jiwa.

Kasus Sumiati yang dianiaya majikan,Kikim Komalasari yang dibunuh dan beberapa kasus dari tahun ke tahun benar-benar menggambarkan betapa terancamnya para tenaga kerja itu.Mereka sangat terjepit,ancaman bahaya mengintai setiap saat,diperkosa,dirampok,dicemburui istri majikan yang berujung penganiayaan.Ketika membela diri,mereka terancam penjara atau hukuman mati.Gelar pahlawan devisa yang diberikan pemerintah sama sekali tidak berarti apa-apa selain terkesan pujian penyemangat supaya mereka lebih giat jadi budak dinegeri orang.Bukti nyata pemerintah GAGAL membela rakyatnya.

Kasus beberapa bulan lalu di Malasyia,ada seorang warga Bantaeng yang terancam hukuman mati,walaupun akhirnya dibatalkan dan yang bersangkutan dikembalikan ke kampung halamannya.Dia dituduh membunuh suaminya sendiri yang ternyata meninggal karena sakit.Ada pula kisah memilukan manusia yang dijual sebagai kuli diperkebunan kelapa sawit tanpa upah.Diserang penyakit dan meninggal tanpa kabar.Terpisah bekerja ditengah hutan dan tidak bisa melarikan diri karena paspor dan visa dipegang oleh majikan.Perempuan dan gadis-gadis yang agak cantik ada yang memilih menjadi pelacur atau dipaksa jadi pelacur.Benar-benar menghina sifat-sifat kemanusiaan kita sebagai bangsa yang mewarisi jiwa luhur dari nenek moyang.Bangsa yang pernah mengalahkan kebesaran penjajah,bangsa yang dulunya memiliki pemimpin yang pantang menundukkan muka dihadapan pemimpin negara lain,kini tak ubahnya bangsa kuli.Menyedihkan.

Namun kini pemerintah kita malah menjadikan itu sebagai profesi terhormat.Istilahnya gagal memberi makan ya usir saja secara halus.Nanti dia cari hidup sendiri.Busyet.

Kita semua baru ribut-ribut ketika mereka dianiaya,dibunuh.Barulah banyak ide yang dikemukakan,tokoh-tokoh negara sibuk memberi komentar agar dikesan punya perhatian,bahkan Pak Beye mengusulkan tiap TKI diberi handphone (wah bakal ada monopoli merk nih).

Padahal bukan itu solusi utamanya.Kekayaan alam kita luar biasa,konon kabarnya menyamai 50% kekayaan alam Asia Tenggara,mestinya itu dimaksimalkan,dikelola dan dibagi menjadi penghidupan bagi warganya.Tanah-tanah yang kosong mestinya dihidupkan,pengairan diperbanyak dan diperbaiki,jalan-jalan dipermulus supaya roda ekonomi lancar,pertanian diutamakan karena semua penduduk membutuhkan makan.Kalau pun masih harus mengirim tenaga kerja,yang dikirim itu adalah tenaga cerdas intelektual,teknisi,yang lebih banyak bekerja dengan otak ketimbang otot.

Namun Indonesia memang sudah sangat parah,ada-ada saja pihak yang tidak mau melihat Indonesia menjadi baik,semacam banditlah begitu supaya mereka saja yang bisa monopoli kehidupan.

Kini saatnya rakyat mendorong DPR,pemerintah atau siapapun yang peduli dengan masalah itu untuk menghentikan eksport besar-besaran tenaga kerja yang hanya mengandalkan tenaga dan tubuh.Perbaiki pendidikan,perkuat keterampilan,buatkan mereka lapangan kerja sebagaimana janji sewaktu kampanye,jangan cuma sibuk mengurusi diri sendiri seperti orang  AUTIS atau jangan-jangan pemerintah kita memang sudah autis.

Jangan sampai orang sedunia benar-benar mengakui kita hanya sebagai bangsa budak.

Meskipun dulu di masa kolonial Hindia Belanda dikenal sebagai bangsa budak,di Zaman Jepang dikenal sebagai bangsa kuli dan kini haruskah kita mengeksiskan diri sebagai negara babu?.Sampai kapankah baru kita punya cita-cita keluar dari sebutan yang menghina?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline