Lihat ke Halaman Asli

Mugy Nugraha

Dosen UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Keunikan Bunyi Al-Qur'an

Diperbarui: 31 Desember 2022   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Al-Qur'an merupakan model tuturan yang sangat ideal. Sebagaimana diketahui bahwa bunyi atau ujaran merupakan wadah untuk menempung makna. Begitupun dengan bunyi al-Quran, yang notabene merupakan ujaran yang paling fasih, sudah barang tentu setiap bunyi yang muncul didalamnya tidak terlepas dari kedalaman maknanya.

Berbicara bunyi Al-Quran tentu tidak dapat dipisahkan dari bunyi bahasa Arab. Dalam Bahasa Arab masing-masing bunyi huruf memiliki titik artikulasinya. Seperti, huruf kha, gha, ha, ha, 'ain, dan hamzah yang keluar dari tenggorokan, huruf lam, ra, nun, syin, jim, ya, kaf, dan qof yang keluar dari lidah, dan seterusnya; 

dan hal inilah yang menjadikan bunyi pada setiap huruf berbeda. Huruf dari kata-kata yang dipilih dalam Alquran sangatlah serasi sehingga menimbulkan bunyi yang indah serta serasi pula dalam iramanya. Tidak heran, jika seorang cendekiawan Inggris, Marmaduke Pickhall, menyatakan dalam bukunya The Meaning of Gloriuos Qur'an, bahwa  Al-Quran mempunyai simfoni luar biasa yang mana setiap nada-nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bergembira.

Bahkan lebih jauh lagi bunyi-bunyi Bahasa dapat dikatagorikan kedalam empat katagori, yaitu: bunyi kuat, bunyi aga kuat, bunyi sedang dan bunyi lemah. Keempat katagori tersebut jika dihubungkan dengan bunyi Al-Quran tentu menunjukan makana tertentu.  

Para linguis Arab sejak dalulu sudah tertarik untuk meniliti keserasian bunyi dengan makna al-Quran, karena menurutnya Al-Quran sangat teliti dalam pemilihan bunyi dalam rangka menciptakan makna yang diinginkan.  Menurut Muhammad Ibrahim Syadi dalam bukunya al-Balaghah al-Shautiyyah Fi al-Quran, bahwa bunyi-bunyi al-Quran muncul sesuai dengan jejak peristiwa.

Dewasa ini muncul sarjana-sarjana bahasasa arab yang mengatakan disamping bunyi-bunyi Al-Aquran memiliki hubungan dengan makana yang diinginkan, juga bunyi-bunyi tersebut memiliki efek psikologis bagi pendengarnya. Umpamanya ketika Tammam Hasan menjelaskan bunyi kalimat ()  yashtharikhun -artinya: berteriak-, yang asalnya ()  yashrakhun tanpa bunyi () tha, penambahan bunyi tha tersebut sangatlah tepat, karena tha termasuk salah satu bunyi kuat, tentu memiliki keserasian dengan makna yang diinginkan  yaitu untuk menujukan kuat teriakan orang-orang kafir yang disebabkan oleh  kerasnya serta intensitas siksaan Allah.

Begitupun dengan peristiwa revolusi Arab, ketika nabi Muhammad Saw menerima wahyu pertamanya yaitu surah al-Alaq ayat 1-5, yang berbunyi

-- -- -- --

Lima ayat tersebut merupakan wahyu pertama atau ayat al-Quran pertama atau perintah pertama yang di terima nabi Muhammad Saw dalam al-Quran. Ayat tersebut merupakan perintah menumbuhkan semangat literasi dalam rangka revolusi arab, yakni titik awal perubahan masa jahiliyyah menuju masa ilmu pengetahuan. 

Jika kita teliti lebih cermat bunyi-bunyi yang digunakan dalam lima ayat tersebut didominasi oleh bunyi huruf qaf  yang bersifat infijari atau letupan. Bunyi tersebut sangatlah cocok dalam kontek revolusi yang biasanya diidentikan dengan berbagai perubahan. Sejarah banyak menyebutkan kondisi jahiliah sebelum turun al-Qur'an sangatlah beku dengan kejahiliahan mereka, kemudia kebekuan itu meletus atau mencair setelah turun surat al-'Alaq. Sehingga tidak heran bila Sayyid Qutub menyenbutkan dalam karyanya Fi Dzill al-Qr'an, Turunnya surat al-'Alaq menggambarkan pondasi perkembangan Islam.

Data di atas merupakan salah satu bukti kemukjizatan al-quran yang perlu kita hayati.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline