Lihat ke Halaman Asli

Mugi Rahayu

Ibu rumah tangga dan Wiraswasta

Kala Malam Datang

Diperbarui: 27 Oktober 2024   20:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di penghujung hari, ketika cahaya matahari semakin redup,  
Malam menyelimuti semakin kelam, seolah tak ada harapan.  
Bintang-bintang tampak bersembunyi di sebalik awan,  
Sahabatku sang bulan, kini hanya berpendar pudar.

Di setiap sudut rumah, kenangan berteriak ingin keluar,  
Seperti angin yang merayap menyiksa, menggigiti hati.  
Kegelapan yang datang, membawaku akan kembali,  
Pada jejak yang tertinggal, rasa sakit yang tak henti berulang kali.

Suara malam menambah kesunyian,  
Gemuruh degup jantung ini, seperti tak berdaya.  
Satu persatu bintang jatuh, seolah mengerti arti,  
Mereka pun ikut bersedih, saat engkau telah tiada di sini.

Di bawah langit yang bernuansa kelabu,  
Aku merangkai satu harapan, meski penuh diselimuti dengan debu.  
Malam adalah saksi bisu dari segala luka,  
Namun, di antara kesedihan yang menyiksa, ada terselip doa yang terucap.

Semoga besok akan datang dengan cahaya baru menyinari,  
Menghapus bayang-bayang luka, memberi warna baru kembali.  
Walau malam inidingin, gelap dan penuh duka,  
Aku akan menanti, hingga bintang-bintang bisa bersinar ceria lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline