Penilaian untuk murid merupakan bagian integral dari proses pendidikan. Penilaian bertujuan untuk mengevaluasi kemajuan dan kemampuan murid itu dalam pembelajaran.
Akurasi dalam penilaian menjadi salah satu hal utama. Akurasi dapat diartikan sebagai akurat, yakni adil, objektif, teliti, saksama, cermat, dan tepat benar.
Penilaian yang tidak adil dan subjektif dapat membawa dampak negatif yang signifikan terhadap motivasi murid dan masa depan mereka. Maka, perlu dibahas pentingnya penilaian yang akurat serta dampaknya jika guru tidak menerapkannya.
Penilaian yang adil dan objektif memerlukan pemahaman komprehensif tentang prinsip-prinsip evaluasi yang efektif. Prinsip utama yang harus diterapkan mencakup objektivitas, keterkaitan dengan tujuan pembelajaran, validitas, konsistensi, transparansi, keanekaragaman, dan umpan balik yang bermakna.
Penilaian yang adil akan memberikan dukungan terhadap perkembangan murid. Jika guru tidak mengikuti prinsip-prinsip ini, penilaian yang dihasilkan bisa tidak akurat. Hal ini tentu merugikan murid.
Salah satu masalah utama dalam penilaian adalah subjektivitas. Subjektivitas terjadi ketika guru memberikan nilai berdasarkan preferensi pribadi, kedekatan emosional, atau persepsi yang tidak relevan dengan kinerja murid. Hal ini menyebabkan nilai yang tidak mencerminkan kemampuan nyata murid.
Misalnya, seorang guru mungkin memberikan nilai lebih tinggi kepada murid favorit atau mengurangi nilai untuk murid yang dianggap kurang menyenangkan. Atau, justru karena adanya masalah eksternal, misalnya masalah personal guru/sekolah dengan orang tua murid.
Akibatnya, murid yang seharusnya mendapatkan nilai yang lebih tinggi, tetapi terdampak oleh masalah-masalah tersebut sehingga nilai tidak sesuai dengan yang seharusnya, sangat mungkin merasa tertekan dan menjadi tidak termotivasi untuk belajar yang lebih baik.
Subjektivitas dalam penilaian mengakibatkan ketidakadilan. Sebab, murid yang bekerja keras dan mencapai hasil yang baik, tidak mendapatkan pengakuan yang sesuai.
Misalnya, dalam pelajaran olahraga dan kesenian, murid yang memiliki prestasi olah raga atau kesenian sampai tingkat nasional secara berulang, dinilai sama atau justru lebih rendah dari murid pada umumnya.