Lihat ke Halaman Asli

Kuning Hitam

Komunitas Ranggon Sastra

Puisi | Bibir Pantai Pecah-pecah

Diperbarui: 31 Maret 2020   17:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Bibir pantai kini berbalik senyumannya.
Gulungan ombak menyeret kematian.
Bangkai-bangkai tergeletak membengkak dan meledak.
Pohon-pohon kelapa layu disengat bau busuk

Bibir pantai telah lebam
terpukul arus daratan.
Perahu nelayan menjadi puing
diterpa badai mesin yang nyaring

Kita telah memanah mata laut yang berkaca-kaca;
ketika melihat tubuhnya menjadi wisata

Kita berjalan di lekuk bibir pantai yang jontor
berburu bulu-bulu matahari yang tertinggal di langit.
Sementara buih-buih telah menjadi air mata yang longsor
dan kita menginjak-injak bagai bandit

Bibir pantai pecah-pecah
karena dijilat lidahnya sendiri;
melembabkan dengan air liur yang telah berminyak;
sebab kita kencingi

Jakarta, Februari 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline