Lihat ke Halaman Asli

Mugiarni Arni

guru kelas

Cerpen: Monoton

Diperbarui: 29 November 2023   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar pixabay.com gratis 

Cerpen

Monoton

Oleh Mugiarni 

Aku duduk di kursi taman, memandangi keramaian kota yang berlalu lalang. Aku sudah duduk di sini selama berjam-jam, tanpa tujuan yang jelas. Hanya ingin menenangkan diri dari segala pikiran yang berkecamuk di kepalaku.

Hidupku terasa sangat monoton. Setiap hari aku berangkat kerja, lalu pulang kerja. Kerjaanku juga tidak ada tantangannya, hanya rutinitas yang itu-itu saja. Aku merasa seperti hidup tanpa tujuan.

Seringkali aku bertanya-tanya, apakah ini yang disebut hidup? Apakah ini yang aku inginkan? Aku ingin merasakan hidup yang lebih bermakna, yang lebih dari sekadar bekerja dan pulang kerja.

Aku merenungi diriku sendiri. Aku merasa seperti orang yang hampa. Aku tidak memiliki passion atau minat yang mendalam pada sesuatu. Aku hanya hidup mengalir mengikuti arus.

Aku pernah mencoba untuk mencari hal-hal baru yang bisa membuat hidupku lebih berwarna. Aku pernah mencoba mengikuti kursus memasak, kursus bahasa, dan bahkan kursus yoga. Namun, semuanya terasa hambar. Aku tidak bisa menemukan sesuatu yang benar-benar membuatku tertarik.

Aku mulai merasa putus asa. Apakah aku akan selamanya hidup dalam kemonotonan ini? Apakah aku akan mati tanpa pernah merasakan hidup yang sesungguhnya?

Suatu hari, aku sedang berjalan di taman ketika aku melihat seorang kakek tua yang sedang duduk di bangku. Kakek itu tampak sedang termenung, dengan wajah yang damai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline