Kisah: Kutorehkan Jejak Literasi di Kecamatan Jambe
Mugiarni
Pada suatu hari yang cerah di sebuah desa kecil bernama Jambe, terdapat sosok yang kharismatik bernama Bapak Arman. Beliau sangat dihormati oleh seluruh masyarakat desa karena dedikasinya dalam dunia pendidikan. Bapak Arman seorang pengawas di wilayah kecamatan Jambe.
Suatu hari, di acara pembukaan akreditasi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Daru III di Jambe, Bapak Arman diundang untuk untuk menghadiri suatu acara.
Di acara tersebut, seorang warga desa yang juga seorang penulis, mengambil kesempatan untuk mempersembahkan karyanya. Ia menyerahkan novel religi berjudul "Jeritan Hati Seorang Istri." Novel ini tidak hanya menggambarkan perjuangan seorang istri dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga mengangkat nilai-nilai keagamaan dan moral.
Bapak Arman menerima novel tersebut dengan tulus dan penuh hormat. Ia merasa senang bisa mendukung pengembangan sastra di desanya, terutama karya yang memiliki pesan religi yang kuat. Dengan rasa hormat, beliau berjanji akan membacanya dengan sungguh-sungguh.
,***
Pada malam yang tenang, Bapak Arman membuka novel "Jeritan Hati Seorang Istri" dan mulai membacanya. Halaman demi halaman, cerita dalam novel itu mengalir ke dalam hatinya. Ia terinspirasi oleh keteguhan seorang istri dalam menjalani kehidupan, serta pesan-pesan moral yang tersirat di dalamnya.
Novel tersebut memberikan pandangan yang lebih dalam tentang arti kesetiaan, cinta, dan pengorbanan dalam pernikahan. Bapak Arman merasa bahwa pesan-pesan keagamaan dalam novel itu juga memberikan pencerahan dalam hidupnya sebagai seorang guru dan pengawas sekolah.
Beberapa bulan setelah acara pembukaan akreditasi sekolah, desa Jambe menjadi semakin ramai dengan aktivitas yang mempromosikan nilai-nilai keagamaan dan moral. Bapak Arman motor penggerak dalam upaya ini. Beliau mengadakan diskusi kelompok kecil tentang pesan-pesan yang ditemukan dalam novel tersebut.