CALINGCING itulah salah satu nama sebuah danau buatan yang dulunya hutan , ladang dan sawah yang subur kini menjelma menjadi danau yang indah. Keindahan danau ini pula yang menjadi daya tarik banyaknya kunjungan wisatawan lokal maupun luar daerah. Mereka sengaja datang karena selain ingin melihat lokasinya juga sekaligus botram ( wisata kuliner) menikmati gurihnya nila bakar atau ikan mas yang banyak disajikan penduduk setempat.
Lokasi Calingcing, berada antara perbatasan Kabupaten Cianjur dengan Kabupaten Bandung Barat dan Purwakarta. Daerah ini terletak di Desa Sindangjaya Kecamatan Ciranjang Kabupaten Cianjur sekitar 67 KM dari Kota Kabupaten Cianjur kearah Bandung. Dan sekitar 8 KM dari kota kecamatan Ciranjang. Untuk berkunjung ke daerah ini sangat mudah. Bila menggunakan kendaraan pribadi anda bisa sampai langsung ke bibir pantai.
Dari kota Kecamatan Ciranjang cukup diarahkan ke Desa Sindangjaya melalui jalan Simatupang sekitar 20 menit atau 15 menit sudah sampai di daerah tujuan Calingcing. Kadatangan anda akan disambut oleh para penjaja jasa angkutan perahu yang akan menghantarkan anda ke rumah makan bakar ikan. Baik yang ada di tengah danau maupun yang langsung ada di pinggir pesisir.
Dulu Calingcing bukanlah sebuah danau, tapi sebuah perkampungan yang subur makmur diantara rimbunnya pohon jati milik perhutani. Nama tersebut diadopsi menjadi nama sebuah danau buatan dari genangan air sungai Citarum yang di bendung menjadi waduk Cirata.
Di daerah itu dulu terhapar hijaunya dedaunan dan padi yang membentang dipinggir sungai. Udarapun terasa sejuk menyeruak menyambut setiap orang yang datang. Tak heran orang banyak yang bermukim diantara curamnya bukit dan aliran sungai Citarum.
Sindanglaya itulah sebenarnya kampong yang terkubur oleh genangan air Citarum dengan dibangunnya Waduk Cirata beberapa puluh tahun yang lalu. Kini tinggal kenangan hijaunya dedaunan dan kuningnya padi saat menjelang panen berubah menjadi hamparan air.
Memang bukan hanya Kampung Sindanglaya saja, Ladang Panghiasan, Cilebu serta Kampung Bayabang dan lainnya yang masih sehamparan disekitar itu. Kini tinggal kenangan ladang , sawah dan perkampungan terkubur oleh air genangan waduk Cirata. Merdunya seorang pembajak, kicauan burung Cangkurileung kini digantikan dengan debur ombak dan riaknya air tertiup angin di danau Calingcing.
Hamparan air yang menggenang bah lautan kini menjadi penomena dan harapan warga. Mereka tak berangan angan lagi memelihara kerbau untuk membajak sawahnya. Bahkan secara berangsur mereka terus membenahi diri untuk menyambut fenomena dan kebiasaan baru. Pakaian kebesaran seorang petanipun harus rela digantikan dengan kebiasaan seorang nelayan.
Mereka dipaksa dengan kebiasaan baru, memang awalnya sangat berat. Hanya dengan ketekunan dan lapang dada akhirnya kebiasaan baru tersebut membuahkan hasil. Mereka mampu beradaptasi dengan alam dan harus selalu berdamai dengan situasi dan kondisi yang ada.
Secara umum penduduk yang asalnya petani kini menjelma menjadi sosok seorang peternak ikan yang jauh lebih maju dari dulu ia sedang jadi petani sawah atau kebun. Banyak yang berhasil dengan ikan keramba yang dilakukan di danau Calingcing.
Kini Calingcing menjadi salah satu daerah penghasil ikan nila, mas, Patin dan ikan lainnya yang mampu di budidayakan di keramba atau kolam terapung di danau. Penghasilannya bukan saja untuk daerah itu sendiri tapi mampu memasok ke daerah lain seperti ke Bandung, Jakarta dan daerah lain di Jawa Barat.