Lihat ke Halaman Asli

Mugi

Let me know if you have a time machine

Balada Payday Routines dan Red Flags at Work

Diperbarui: 17 Juli 2023   10:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Adobe Stock

Kerja tiap hari, tapi dibayarnya hanya sebulan sekali. Itu pun hanya numpang lewat. Kalau kita selalu mengalami ini setiap bulan, artinya kita kurang mahir mengatur keuangan. 

Penyebabnya beragam. Mungkin kita nggak punya skala prioritas, nggak langsung menyisihkan uang untuk ditabung, kurang mengontrol pengeluaran harian, dan sebagainya. 

Tapi, nggak perlu khawatir. Trik-trik berikut bisa digunakan untuk mengatasi gaji yang numpang lewat, biar nggak lagi jadi kaum "kaya sehari dan miskin sebulan".

  • Jangan merasa kaya, please. Ini bikin kita nggak kalap beli ini itu atau auto checkout keranjang belanjaan di e-commerce.
  • Pisahkan aneka pengeluaran di awal gajian, misalnya untuk kebutuhan pokok, membayar tagihan, untuk menabung, untuk beli paket data, dan sebagainya.
  • Bawa uang tunai secukupnya. Ini bikin kita nggak gampang tergoda atau laper mata.
  • Nggak papa jadi fakir promo. Jangan malu untuk memanfaatkan promo karena bisa membantu kita menghemat pengeluaran, terlebih promo untuk kebutuhan sehari-hari.
  • Terapkan prinsip "Jajan biar kenyang, bukan demi gengsi." Percayalah, meninggalkan gaya hidup yang membuat pengeluaran jadi banyak---misalnya rajin minum kopi kekinian---adalah berkah yang kelak akan kita syukuri.
  • Choose your friend. Ini juga penting. Berteman dengan orang yang memiliki gaya hidup sama bikin kita nggak terbebani untuk mengimbangi gaya hidupnya.

Dengan menerapkan trik-trik di atas, mudah-mudahan kita bisa menekan latte factor, yaitu pengeluaran yang dilakukan terus-menerus untuk hal-hal yang sebenarnya nggak dibutuhkan sehingga menjadi pengeluaran dalam jumlah besar.

biospace.com

Masalah gaji yang numpang lewat is done. What if ternyata yang bikin nggak nyaman adalah lingkungan kerjanya, bukan gajinya? Well, memang terkadang tidak semua tempat kerja ideal. 

Tapi, terkadang kita begitu ragu untuk memilih resign karena kita sadar bahwa kita nggak punya tuyul sehingga mau nggak mau tetap harus bekerja agar dapur tetap ngepul. 

Selain itu, kerasnya persaingan dalam mencari kerja juga menjadi momok tersendiri sehingga hasrat untuk nulis surat resign terpaksa dipendam lagi.

Tapi..., jika ternyata memang lingkungan kerjanya sudah tidak bisa ditolerir lagi, trust me, it's okay to quit. Kita kan mau kerja, bukan dikerjain.  Leo Tolstoy bahkan pernah bilang, "If you're not enjoying your work, you should either change your attitude, or change your job.

Berikut adalah tanda-tanda kita perlu resign. Jika tanda-tanda berikut kita alami, maka ada baiknya kita bersiap-siap menulis CV baru dan ajukan ke perusahaan lain.

  • Pekerjaan kita mengancam kesehatan fisik dan mental. Ini jelas red flag keras karena artinya beban pekerjaan kita terlalu berat untuk ditanggung secara fisik maupun psikis.
  • Nggak semangat lagi untuk berangkat ke kantor. Perasaan ini bikin hari-hari kita di kantor tidak terasa antusias. Ini akan berimbas pada kinerja kita, yaitu jadi nggak maksimal dan nggak produktif.
  • Nggak bisa berkembang. Ketika gaji, jabatan, atau wawasan kita nggak berkembang di suatu kantor, ini adalah red flag! Siap-siap to say bye-bye pokoknya.
  • Merasa lebih lelah, baik fisik maupun mental setiap kali selesai bekerja.

Mengganti pekerjaan atau berpindah tempat kerja sebenarnya adalah hal yang lumrah. Tetapi, jangan terlalu sering mengganti pekerjaan. Hal ini bisa menjadi bumerang untuk kita karena dapat menurunkan performa dan membuat kita dianggap tidak loyal. Yang paling penting, gonta-ganti pekerjaan bikin pendapatan kita jadi nggak stabil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline