Di sebuah sekolah dasar di pinggiran kota, terdapat seorang guru bernama Ibu Matus yang sangat antusias dalam mengajar. Ia percaya bahwa setiap anak memiliki potensi untuk belajar dengan cara yang unik. Suatu hari, Ibu Matus memutuskan untuk menerapkan teori belajar Jerome Bruner dalam kelasnya, yang dikenal dengan pendekatan discovery learning.
Hari Pertama: Tahap Enaktif
Ibu Matus memulai pelajaran dengan membawa berbagai benda ke kelas, seperti bola, kotak, dan berbagai bentuk geometris. Ia meminta siswa untuk meraba dan memanipulasi benda-benda tersebut. "Coba kalian rasakan bentuk dan ukuran benda ini," katanya. Anak-anak dengan senang hati mulai bermain dengan benda-benda itu, merasakan tekstur dan beratnya. Melalui pengalaman langsung ini, mereka mulai memahami konsep dasar bentuk dan ukuran tanpa harus membaca buku.
Hari Kedua: Tahap Ikonik
Setelah siswa memahami bentuk dan ukuran, Ibu Matus melanjutkan ke tahap berikutnya. Ia meminta siswa untuk menggambar benda-benda yang mereka mainkan kemarin. "Sekarang, gambarlah bentuk yang kalian temukan," ujarnya. Anak-anak mulai menggambar dengan penuh semangat, menciptakan representasi visual dari pengalaman mereka. Dengan cara ini, mereka belajar untuk menghubungkan pengalaman fisik dengan gambar mental, yang merupakan inti dari tahap ikonik dalam teori Bruner.
Hari Ketiga: Tahap simbolik
Setelah siswa merasa nyaman dengan gambar mereka, Ibu Matus memperkenalkan simbol-simbol matematis. Ia menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk yang mereka gambar dapat diwakili dengan angka dan simbol. "Jika kita memiliki dua lingkaran dan satu kotak, bagaimana kita bisa menuliskannya?" tanyanya. Anak-anak mulai belajar menulis persamaan sederhana, seperti 2 lingkaran + 1 kotak = 3 bentuk. Mereka merasa bangga bisa menggunakan simbol untuk menggambarkan apa yang telah mereka pelajari.
Setelah siswa merasa nyaman dengan gambar mereka, Ibu Matus memperkenalkan simbol-simbol matematis. Ia menjelaskan bagaimana bentuk-bentuk yang mereka gambar dapat diwakili dengan angka dan simbol. "Jika kita memiliki dua lingkaran dan satu kotak, bagaimana kita bisa menuliskannya?" tanyanya. Anak-anak mulai belajar menulis persamaan sederhana, seperti 2 lingkaran + 1 kotak = 3 bentuk. Mereka merasa bangga bisa menggunakan simbol untuk menggambarkan apa yang telah mereka pelajari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H