Apa itu Anemia ?
Anemia yang lebih populer kita sebut penyakit kekurangan darah, terjadi karena berkurangnya kadar hemoglobin dalam darah. Hemoglobin mempunyai fungsi mengedarkan oksigen dari paru ke seluruh tubuh untuk digunakan dalam proses pembakaran, yang pada gilirannya akan menghasilkan energi. Anak-anak disebut menderita anemia jika kadar hemoglobinnya lebih rendah dari 11-12 g/dl.((Ngastia, 2005:359).
Menurut data dari WHO yang dikeluarkan sekitar tahun 1993-2005, prevalensi anemia pada anak usia pra sekolah ( 0-5 tahun ) adalah sebesar 47.4% sedangkan di Asia Tenggara mencapai 65.5% yaitu sekitar 115.3 juta anak menderita anemia. Hal ini merupakan angka yang cukup besar, karena jika mengacu pada data WHO, maka lebih dari setengah anak usia pra sekolah di Asia Tenggara termasuk Indonesia, terkena anemia. Maka lumayan tinggi pula kejadian dan angka anemia bayi dan anak di Indonesia ini.
Selain anak-anak, ternyata bayi yang lahir prematur juga beresiko mengalami anemia !
Bayi prematur juga beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi karena berkurangnya persediaan Fe pada masa fetus. Pada trimester akhir kehamilan, Fe ditransfer dari ibu ke fetus, kemudian di simpan di liver, lien, dan sumsum tulang belakang. Cadangan Fe ini hanya dapat digunakan untukmemenuhi kebutuhan bayi sampai usia 5-6 bulan saja, bahkan pada bayi prematur cadangan tersebut cukup sampai usia 2-3 bulan. Jika kebutuhan Fe tidak dipasok dengan pemberian nutrisi yang cukup maka anak akan mengalami defisiensi Fe (Nursalam, 2005:125).
Kenali penyebabnya ?
Kekurangan zat besi dalam tubuh dapat disebabkan oleh kurangnya zat tersebut dalam makanan. Atau karena meningkatnya kebutuhan akan besi oleh sebab-sebab tertentu, misalnya kehilangan darah kronis akibat penyakit cacingan atau seringnya anak terkena penyakit infeksi. Tetapi penyebab dasar yang utama adalah kurangnya kandungan zat besi dalam makanan yang dimakan sehari-hari.
Bagaimana tanda dan gejala pada anak dengan anemia ?
Pada orang dewasa tanda dan gejala yang sangat sering kita temui atau jumpai ialah adanya istilah 5 L ( Lesu,Lemah,Letih,Lunglai,Lemas) . dan ini akan berdampak pada perubahan aktifitas sehari-harinya . namun jika anemia terjadi pada anak atau bayi sekalipun, dampak yangdi rasakan begitu besar bagi perkembangannya.
Bayi atau anak yang menderita anemia akan memperlihatkan gejala pucat, lesu, dan gangguan perkembangan motorik. Aktifitas fisik anak tampak menurun. Pada anak yang sudah bersekolah, prestasinya terganggu dan kurang berkembang bahasanya. Dapat juga terjadi gangguan perilaku seperti kurang perhatian, tampak lelah dan perasaan kurang aman.
ini di buktikan dengan adanya penelitian yang di lakukan oleh badan kesehatan dunia..
Menurut WHO (World Health Organization) anemia pada anak bisa berdampak kepada terganggunya pertumbuhan serta perkembangan anak tersebut. Hal ini karena aktirifas yang dibutuhkan dalam tahap perkembangan serta pertumbuhannya tidak terpenuhi dengan baik karena energi tubuhnya yang berkurang dan berbeda dengan anak seusianya yang tidak mendapat anemia. Anemia pada anak bisa menyebabkan daya tangkap sang anak yang berkurang sehingga mengakibatkan menurunnya tingkat intelegensia anak dan kurang bergairah dalam melakukan aktivitas seperti anak pada umumnya. Dan tentunya pula akan berpengaruh kepada tingkat kesehatan pada anak-anak.
Cara pencegahan dan pengobatan anemia pada anak ..
1. Memberikan ASI Ekslusif
Dalam rangka mencegah anemia pada anak, sebaiknya pemberian asi diberikan minimal sampai usia bayi 6 bulan. ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. Meskipun kandungan zat besi dalam asi rendah akan tetapi tingkat penyerapan relatif tinggi. Untuk bayi yang baru lahir, ASI yang cukup dapat membantu mereka menghindari anemia.
2. Pilihan Waktu Tepat dalam Pemberian MPASI
Selain itu, makanan pendamping asi harus tepat waktu, yaitu usia 6 bulan. Banyak dari makanan tambahan mengandung zat besi yang melimpah, seperti kuning telur dan daging tanpa lemak. Makanan yang mengandung banyak vitamin C juga harus diberikan untuk anak-anak, yang dapat meningkatkan penyerapan zat besi.
3. Bahan Makanan yang Mengandung Penyerapan Zat Besi
Meskipun zat besi sudah dapat diperoleh dengan baik akan tetapi hal yang harus dipertimbangkan selanjutnya adalah bahan makanan yang dapat membantu anda dalam penyerapan zat besi, contohnya adalah brokoli, jus tomat, jeruk, stroberi atau makanan yang mengandung zat besi yang mudah diserap yaitu golongan daging seperti unggas dan ikan.
4. Kenali Makanan yang Menghambat Penyerapan zat besi
Salah satu contoh makanan yang menghambat penyerapan zat besi adalah golongan polifenol yaitu teh, paprika, kunyit selain itu kandungan golongan asam fitrat seperti gandum, kacang-kacangan akan menurunkan penyerapan zat besi.
5. Penanganan medis
Anak-anak dengan anemia yang serius harus segera mendapatkan penanganan medis. Setelah pemeriksaan, maka pengobatan yang cocok dapat diputuskan untuk penderita anemia. Secara umum, cara mengobati anemia harus dilengkapi dengan kondisi medis anak-anak, sehingga gejala yang dialami anak belum tentu mengarah pada anemia.
Sumber :
Aziz Alimul Hidayat, 2009, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Salemba Medika. Jakarta
http://penyakitanemia.com/anemia-pada-anak/Diakses Pukul 14:35
Pada Tanggal 23 Maret 2015
http://kliniksehati.com/waspadai-penyebab-dan-gejala-gejala-anemia-pada-anak-anak/
Di Akses Pada Pukul 15:00
Pada Tanggal 23 Maret 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H