Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Mufti Faiq Kamal

Mahasiswa || Study Forever

Mentalitas Budak, Akar dari Krisis Intelektual Bangsa

Diperbarui: 29 Agustus 2024   06:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi seorang yang terbudaki oleh pekerjaannya. Sumber: Stockcake.com

Mentalitas budak ini tanpa kita sadari telah menjalar pada kehidupan atau aktivitas sehari-hari kita. Layaknya bangsa kita ini, banyak sekali belakangan ini terjadi konflik horizontal yang mana konflik tersebut tidak mewakili kepentingan masyarakat tetapi mewakili kelompok-kelompok atau elit-elit tertentu. 

Misalkan pada agenda pemilu kemarin, kita bertengkar, berdebat, saling hujat, saling memaki, padahal itu bukan kepentingan kita. Tentu kita mempertaruhkan nasib kita lewat ide-ide atau gagasan dari pemimpin yang kita pilih. Tetapi yang dipermasalahkan adalah sikap fanatik kita yang berlebihan dan memunculkan perpecahan satu sama lain. 

Bahkan ironinya, ada yang sampai membunuh orang lain karena perbedaan pendapat itu. Misalkan kita membela paslon A, atau B, maupun C. Lalu ketika mereka sudah berkoalisi dan bersatu dalam satu pemerintahan, kita yasudah tidak terjadi apa-apa dan mencari majikan lain yang kita bela habis-habisan, lalu ketika mereka sudah mencapai tujuannya yasudah terus seperti itu tidak ada habisnya. Jangan-jangan kita itu memang budak atau mentalitas kita adalah mentalitas budak.

Sumber: news.detik.com

Perlu diketahui, mentalitas budak itu merujuk pada pola pikir atau sikap yang menunjukkan ketergantungan, kepatuhan, dan ketidakmampuan untuk berfikir secara mandiri. 

Istilah ini sering digunakan untuk menggambarkan situasi di mana seseorang atau kelompok menunjukkan sikap yang mengutamakan ketaatan dan penyerahan diri kepada otoritas tertentu, tanpa mempertanyakan atau mencoba untuk mengubah keadaan. 

Tentu saja mentalitas ini sangat mempengaruhi orientasi kehidupan kita, tentang bagaimana mentalitas tersebut menghambat perkembangan intelektual kita.

10 Karakteristik Orang yang Bermental Budak

Suatu hari, ketika salah seorang mahasiswa mendapat kabar bahwa dosen A berhalangan hadir pada pertemuan pembelajaran, ia menginformasikan kepada teman-temannya. 

Lalu serontak semua mahasiswa riang gembira dan senang luar biasa atas informasi tersebut apalagi setelah diketahui mereka tidak mendapatkan tugas dari dosen tersebut. Kemudian apa yang terjadi setelah itu? Tentu tidak terjadi apa-apa. 

Sebagian dari mereka berbincang satu sama lain sampai jenuh, kemudian sebagian yang lain bermain media sosial sampai jenuh, dan sebagian yang lain tertidur misalkan.

Artinya, salah satu karakter orang yang bermental budak adalah mereka tidak melakukan apapun saat diberikan kesempatan kebebasan. Padahal kesempatan kebebasan tersebut bisa dialokasikan untuk mengeksplorasi diri terhadap hal-hal yang baru dan positif. Namun tidak demikian, faktanya masih banyak dari kita terlena terhadap kebebasan yang didamba-dambakan itu. 

Orang yang bermental budak tidak memiliki inisiatif kendati mereka memiliki kesempatan merdeka.  Maka banyak orang di Indonesia terutama, ketika mereka diberkahi oleh kondisi menganggur tetapi mereka mengeluh. Padahal pengangguran itu artinya dia memliki banyak waktu untuk mulai berinisiatif mencari peluang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline