Lihat ke Halaman Asli

Gabut Kala Tugas yang Menupuk

Diperbarui: 4 Januari 2022   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Gabut termasuk bahasa gaul dalam kekayaan bahasa yang ada di Indonesia. Istilah gabut makin populer beberapa tahun belakangan. Gabut merupakan singkatan dari kepanjangan gaji buta. Gaji buta didefinisikan sebagai seseorang yang bekerja namun tidak melaksanakan tugas-tugasnya tapi tetap menerima gaji.

Arti gabut sendiri tak hanya digambarkan sekadar tentang makan gaji buta. Gabut dalam bahasa gaul bisa berarti orang yang tidak melakukan aktivitas apapun dan bingung ingin melakukan apa.

Ketika seseorang merasakan kebingungan terhadap apa yang ingin melakukan atau sedang tidak melakukan apapun bisa dikatakan orang tersebut sedang merasa gabut. Gabut ketika tak memiliki tanggungan suatu hal yang harus dilakukan adalah hal yang diperbolehkan. Namun akan menjadi masalah jika mempunyai banyak hal yang perlu diselesaikan, justru merasa gabut.

Sebagai pelajar yang berkewajiban untuk belajar seringkali saya menemukan pelajar lain atau bahkan saya sendiri yang mengalami permasalahan tersebut. Permasalahan itu bermula ketika banyak sekali kewajiban tugas yang harus diselesaikan namun merasa bingung harus mengerjakan yang mana terlebih dahulu.

Perlu diakui, jika hal tersebut dilakukan secara berangsur- angsur dan terus- menerus dapat dianggap sebagai perbuatan yang buruk dan harus dirubah. Sebab, seseorang yang mengatakan dirinya gabut atau mendapatkan predikat gabut kerap diartikan sebagai seseorang yang cenderung memiliki konotasi negatif.

Umumnya, pribadi yang gabut akan dilanda rasa bosan hingga mengakibatkan badmood. Selain itu, gabut juga identik dengan seseorang yang bermalas-malasan, cepat bosan, dan tidak memiliki kegiatan atau melakukan hal-hal tidak penting dan tidak bermanfaat.

Dimulai dari rasa gabut yang dielukan lalu akan merujuk pada rasa malas yang akan menyebabkan dampak buruk bagi diri sendiri. Sementara itu, rasa malas bisa dianggap sebagai penyakit jasmaniyah yang sulit untuk diobati dikarekan dari perasaan tersebut bisa memberikan efek buruk bagi keberlangsungan hidup kita. Jika rasa malas muncul pada diri pribadi dan perlu untuk mengusir perasaan itu. Individu perlu untuk mencari motivasi yang berhubungan dengan rasa malas tersebut. Misalnya jika seseorang malas mengerjakan tugas yang diberikan. Ingat tujuan awal dan cari motivasi yang dapat menggerakkan diri agar tidak lagi malas saat menegrjakan sesuatu. Dengan memiliki motivasi yang kuat, maka perasaan malas pun seharusnya akan hilang.

Hal yang identik dengan rasa gabut selain malas adalah perasaan cepat bosan. Kebosanan adalah kombinasi antara kurangnya kegembiraan neurologis serta kondisi psikologis berupa ketidakpuasan, frustrasi atau ketidaktertarikan dan semua yang berhubungan dengan kurangnya stimulasi. Kebanyakan orang sepakat bahwa kebosanan adalah hal tidak menyenangkan. Meski begitu, kebosanan tidak sama dengan sikap apatis karena orang-orang yang bosan dalam beberapa hal termotivasi untuk mengakhiri kebosanan mereka. Salah satu cara membuat suatu hal yang membosankan menjadi menarik adalah dengan melihat potensi kegunaan dan makna suatu hal dari sudut pandang yang berbeda.

Sama halnya dengan rasa malas dan rasa bosan, salah satu upaya menolak jauh -- jauh rasa gabut yang muncu adalah dengan mulai mengingat tujuan awal, lalu mencari motivasi yang sesuai dengan keadaan saat merasa gabut. Sering berfikir postitif akan dampak jika melakukan sesuatu hal itu juga merupakan salah satu upaya manyingkirkan rasa gabut.

Datangnya rasa gabut pasti dipicu oleh diri sendiri yang menunda- nunda pekerjaan . Oleh karena itu, jika rasa gabut muncul disaat banyak tugas yang menumpuk yang harus dilakukan adalah dengan menyelesaikan tugas tersebut yang memiliki tenggat paling dekat. Semakin cepat dikerjakan maka semakin cepat selesai sehingga tak perlu lagi memikirkan masalah tugas yang ada. Maka perlahan tugas yang menumpuk bisa dikerjakan dengan semaksimal mungkin. Buang jauh- jauh pemikiran bahwa sedang gabut, karena itu akan memberi dampak negative pada diri sendiri. Mem buat motivasi diri, mengingat tujuan awal, dan segera mengerjakannya adalah upaya yang bis akita lakukan untuk menyingkirkan perasaan gabut itu sendiri.

Oleh karena itu, gabut kala tugas yang menupuk tidak boleh dijadikan sebagai hal yang biasa karena akan berdampak buruk untuk diri sendiri dan orang lain. Apabila seseorang terbiasa gabut, maka ia akan mudah merasa malas dan tidak memotivasi dirinya untuk melakukan hal-hal lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline