Di tengah gemerlap dan hiruk-pikuk kota yang terus berkembang, ada kisah yang tak banyak diketahui orang. Kisah tentang mereka yang terlupakan dan terpinggirkan oleh arus modernisasi.
Tukang becak, simbol transportasi tradisional yang kini nyaris hilang, tetap berjuang di tengah kerasnya era milenial. Ini adalah kisah Pak Tono, seorang tukang becak yang tak hanya berjuang melawan kerasnya kehidupan, tetapi juga menghadapi kejamnya penipuan.
Pak Tono, pria paruh baya yang telah mengayuh becak selama lebih dari tiga dekade (30 Tahun), hidup dengan penuh kesederhanaan. Setiap pagi, ia memulai harinya dengan doa dan harapan bahwa hari ini akan lebih baik dari kemarin. Dahulu, becaknya selalu penuh dengan penumpang.
Namun kini, di usia yang menua, ia harus bekerja lebih keras hanya untuk sekadar bertahan hidup. Kemajuan teknologi dan kemunculan transportasi modern seperti ojek online telah mengubah segalanya. Tukang becak seperti Pak Tono harus berjuang keras untuk mendapatkan penumpang. Meskipun pendapatannya menurun drastis, semangat Pak Tono untuk bekerja tetap kuat. Ia percaya bahwa dengan kerja keras, ia masih bisa mempertahankan hidupnya.
Suatu hari, seorang pria muda datang menawarkan bantuan kepada Pak Tono. Dirinya mengaku sebagai perwakilan dari sebuah lembaga amal yang akan memberikan bantuan kepada para tukang becak. Ia meminta Pak Tono untuk memberikan sejumlah uang sebagai biaya administrasi, dengan janji bahwa uang tersebut akan dikembalikan berkali lipat dalam bentuk bantuan.
Pak Tono, yang sudah putus asa dan penuh harapan, memberikan seluruh tabungannya kepada peria tersebut. "Saya pikir ini adalah kesempatan saya untuk memperbaiki hidup," katanya dengan suara serak. Namun, setelah beberapa hari, peria tersebut tidak pernah muncul kembali. Pak Tono menyadari bahwa ia telah tertipu, dan uang yang sangat berarti baginya telah hilang.
Kehilangan seluruh tabungannya membuat Pak Tono jatuh sakit. Stres dan tekanan karena kehilangan uangnya membuat kesehatannya memburuk. Ia bercerita dengan mata berkaca-kaca, "Uang itu untuk biaya hidup saya. Saya sudah tidak punya apa-apa lagi." Momen ini menggambarkan betapa besar dampak dari penipuan yang ia alami, membuat hidupnya semakin sulit.
Di sekitar tempat Pak Tono biasa mangkal, ada Bu Siti, seorang pedagang sayur yang sering melihat Pak Tono bekerja keras setiap hari. Bu Siti, yang berjualan di pasar dekat situ, mengenal Pak Tono sebagai sosok yang jujur dan pekerja keras. Ketika mendengar bahwa Pak Tono tertipu, Bu Siti merasa sangat sedih dan tergerak untuk membantu.
"Pak Tono itu orang baik. Dia selalu membantu saya mengangkut sayuran ke becaknya tanpa meminta imbalan," cerita Bu Siti. Setelah mengetahui penipuan tersebut, Bu Siti bersama beberapa pedagang lainnya mengumpulkan uang untuk membantu Pak Tono. Meskipun jumlahnya tidak banyak, bantuan tersebut menunjukkan bahwa masih ada kebaikan di dunia ini.
Meskipun hidup penuh dengan kesulitan dan pengkhianatan, Pak Tono tidak kehilangan harapannya. Ia tetap percaya bahwa masih ada kebaikan di dunia ini. Kisah perjuangan dan kerja keras Pak Tono akhirnya menyebar dan membuat banyak orang terinspirasi untuk membantu para tukang becak yang berjuang keras.