Lihat ke Halaman Asli

Mudzakkir HA

Guru SDIT MU Cinere Depok

Check Up Kesombongan

Diperbarui: 15 Mei 2024   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

CHECK UP KESOMBONGAN

Suatu hari ada seorang pria yang sedang bertamu di rumah seorang ustadz kondang. Ia tertegun heran ketika melihat sang ustadz sedang sibuk bekerja sendiri menyikat lantai rumahnya sampai bersih.

Pria itu bertanya, "Apa yang sedang Ustadz lakukan? Mengapa bukan pembantu rumah tangga saja yang ustadz perintahkan untuk mengepel lantai rumah?". Pak ustadz menjawab dengan tersenyum, "Tadi saya kedatangan tamu yang meminta nasihat. Saya berikan banyak nasihat yang insya Allah bermanfaat. Namun, setelah tamu itu pulang di dalam hati saya terbersit penilaian bahwa saya ini orang hebat, dibutuhkan banyak orang. Kesombongan saya pun mulai muncul. Oleh karena itu, saya lakukan  pekerjaan ini untuk membunuh perasaan sombong itu."

Kemudian Pak ustadz melanjutkan penjelasannya . Sombong adalah penyakit hati yang sering menghinggapi kita semua. Siapa saja dan apapun statusnya, orang awam atau tokoh masyarakat bisa juga dihinggapi penyakit sombong ini.

Bahkan di kalangan para ustadz, muballigh, kiyai atau habaib,  benih-benih kesombongan bisa muncul tanpa mereka sadari. Semakin tinggi tingkat kesombongan kita, semakin sulit pula kita mendeteksinya. Sombong karena materi mudah terlihat. Namun, sombong karena pengetahuan, apalagi sombong karena kebaikan, sulit dilihat karena seringkali hanya berbentuk benih-benih halus di dalam batin kita.

Cobalah setiap hari kita melakukan intropeksi diri. Kadang kita butuh orang lain untuk membantu mengintrospeksi diri. Kita juga butuh kritikan dan masukan dari orang lain. Mari kita sadari bahwa setiap hal yang baik, yang bisa kita lakukan itu semua adalah karena izin dan pertolongan-Nya saja.

Maka hendaklah kita banyak bersyukur kepada-Nya. Semua itu tidak lain adalah anugerah-Nya. Kesombongan hanya akan membawa kita pada kehinaan diri dan kejatuhan yang mendalam. Tetaplah bersabar dan rendah hati. Ketika lahir, dua tangan kita kosong, ketika meninggal kedua tangan kita juga kosong. Waktu datang kita tidak membawa apa-apa, waktu pergi kita juga tidak membawa apapun.

Jangan sombong karena kaya dan berkedudukan, jangan minder karena miskin dan rendah, bukankah kita semua hanyalah tamu di dunia ini, pada waktunya kita pulang ke akhirat, dan semua milik kita hanyalah titipan dari Allah Swt yang sewaktu-waktu  diambil-Nya. 

Tetaplah rendah hati seberapapun tinggi kedudukan kita. Tetaplah percaya diri seberapapun kekurangan kita. Tidak akan menjadi orang besar jika dalam hati selalu menganggap kecil orang lain. Kita sama-sama saling belajar merendahkan hati, tetapi tidak merendahkan diri.
Semoga Bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline