Lihat ke Halaman Asli

Tentang Jati Diri Manusia

Diperbarui: 13 Februari 2016   21:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Manusia ialah makhluk ciptaan Allah dengan tingkat kesempurnaanNya. Mengenai jati diri manusia atau martabat manusia, sebagai seorang manusia yang utuh, kita memiliki pengertian ganda. Salah satunya, jati diri mengandaikan adanya kesatuan yang utuh dalam diri manusia. Keutuhan manusia dalam dirinya merupakan manusia individual yang unik dan selalu identik dengan dirinya sendiri, walaupun telah berubah ukuran dan bentuk cara pikir, perkembangan dan lingkungan sosialnya. Sadangkan pengertian salah satunya ialah manusia meskipun sebagai satu kesatuan, tetapi namun telah terdiri dari beberapa bagian dan aspek yang begitu kaya. Misalnya badan dan jiwa yang masing-masing memiliki peranan yang luar biasa. Hal tersebut telah menunjukkan bahwa didalam diri manusia telah terdapat kesatuan dan keberagaman yang telah benar dan tak kan disangkal. Dua hal inilah yang menjadikan manusia kaya dan kesulitan untuk memahami jati dirinya sendiri.

            Dalam pemahan tentang kepribadian manusia, terdapat dua unsur pokok dalam manusia, yakni badan dan jiwanya. Terdapat dua kelompok pernyataan mengenai manusia, yang pertama terdiri dari pernyataan-pernyataan yang menggambarkan keadaan badan, posisi, dan peristiwa yang trejadi di dalam dan dan terhadap manusia. Prnyataan mengenai ini biasanya juga dapat diterapkan kepada benda-benda jasmani lainnya tanpa mengalami perubahan makna yang begitu berarti. Hal lainnya terdiei dari pernyataan yang secara khusus hanya berlaku untuk meukiskan kekhasan manusia sebagai manusia. Pernyataan ini melukiskan pikiran, harapan, perasaan, ketakutan, ingataan dan penantian, situasi batin dan kejenakaan, bentuk kepribadian dan karekter, dsb.

            Tentang keunikan manusia, kita akan melihat bahwa manusia dari satu pihak merupakan superjek, yakni untuk memnunjukkan pada kenyataan bahwa suatu peristiwa ataupun benda merupakan hasil dari yang dilemparkan melalui seperjek* interaksi nilai-nilai yang ditawarkan oleh seluruh actual entity di semesta yang telah menyelesaikan pembentukan dirinya atau produk dari masyarakat, dunia, dan dari pihak lain merupakan subjek yang membentuk dirinya sendiri sehingga memberi arti bagi dunia dan masyarakatnya. Keduanya ini tidaklah hanya terdapat dalam diri manusia, melainkan pada setiap kenyataan yang bisa dibayangkan.

Kemampuan untuk dibentuk oleh dunia dan kemampuan untuk membentuk diri dengan menginterpretasikan dan mempribadikan dunia merupakan proses yang melibatkan dua kutub dalam setiap kenyataan, yakni kutub mental dan kutub fisik. Kutub fisik merupakan kemampuan kenyataan yang sedang dalam proses pembentukan diri untuk menangkap warisan ataupun pengaruh yang dihasilkan oleh berbagai pengada diseluruh dirinya yang telah selesai dalam pembentukan dirinya. Dunia yang terdiri dari berbagai pengada tersebut menyajikan bahan dari kenyataan baru, yang bahan tersebut merupakan onggokan nilai yang menjadi hasil dari interaksi antar pengada yang telah menyelesaikan pembentukan dirinya. Setelah itu, nilai-nilai itu dilemparkan kembali sebagai bahan unutk dinilai, dipribadikan dan diatur oleh pengada baru. Dengan begitu, kutub fisik ini merupaka kemampuan untuk menangkap dan hanya menangkap dan belum mengolahnya.

            Sedangkan kutub mental yakni merupakan kemampuan kenyataan baru yang sedang dalam proses pembentukan diri untuk mengimprementasikan dan menilai tawaran-tawaran yang telah ditangkap oleh kutub fisik, serta menilai nilai-nilai mana yang pantas untuk dipribadikan yang kemudian menyusun dalam skala nilai menurut citra dirinya. Dengan demikian sangatlah tampak bahwa dalam kegiatan mental terjadi pengolahan bahan yang telah diselesaikan oleh dunianya sesuai dengan idealisme diri yang disebut dengan citra diri.

            Peran yang diperoleh dua kutub tersebut tidaklah selalu sama dan seimbang. Itu semua tergantung dari taraf enyataan baru yang sedang berproses. Semakin tinggi tarafnya, maka peran kutub mental semakin besar dan peran kutub fisik semakin kecil. Namun meskipun demikian, taraf yang lebih tinggi selalu juga memuat taraf yang lebih besar. Taraf yang lebih tinggi harus didukung taraf yang ada di bawahnya. Kita bisa mengamati dari pengalaman dan umumnya diterima sebagai pembagian baku, kenyataan di dunia ini dapat di kelompokkan berdasarkan taraf masing-masing. Taraf-taraf itu ialah taraf anargonik, taraf vegetatif, taraf sensitif, taraf rasional. Tiap-tiap saraf mempunyai siftanya sendiri-sendiri.

            Pada makhluk hidup bertaraf sensitif, sistem organisasi yaitu koordinasi dan subordinasi yang semakin canggih. Penbagian tugas telah menjadi lebih kompleks dan dan teliti sehingga peranan yang dimainkan oleh bagian-bagian semakin menjadi jelas dan khas, sehingga tak dapat digantikna oleh bagian lainnya begitu saja. Bahkan kerusakan yang fatal sering tidak menumbuhkan bagian itu lagi. Pembagian tugas yang jelas dan khas tentu mengandalkan kerjasama dan koordinasi yang lebih teratur, sehingga kerjasama antara bagian-bagian bisa berjalan dengan mulus. Pelaksanaan tugas bagian-bagian dijalankan demi kepentingan keseluruhannya. Gangguan yang terjadi pada satu bagian akan mempengaruhi kesejahteraan sebagai keutuhan.

            Dengan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kutub mental pada bagian-bagian telah berperan penting demi perkembangan masing-masing dan pelaksanaan tugasnya. Inisiatif menjadi jelas, sehingga bisa menimbulkan pembaruan. Demikian pula dalam koordinasi kutub mental, masing-masing citra diri induk sebagai satu kesatuan, sehingga dapat mengarahkan aktivitasnya, baik aktivitas bagian maupun aktivitas keseluruhan. Bagian anargonik dikoordinasikan untuk mendukung  pelaksanaan citra diri induk dalam mengorganisasikan citra di bagian-bagian. Setiap bagian mempunyai akses ke bagian lain melalui pusat.

            Taraf yang lebih tinggi selalu mengandaikan berfungsinya taraf yang lebih rendah. Kalau bagian-bagian tidaklah berfungsi sebagaiman mestinya, keseluruhan juga tidak akan berfungsi secraa maksimal dan akhirnya mengganggu pusat yang mengatur seluruh kehidupan manusia. Jikalau unsur-unsur mineral dalam diri manusia tidak dijamin keseimbangannya, maka pertumbuhan dan peran taraf vegetatif juga akan terganggu, bila ini terjadi maka akan mengganggu bagian-bagian yang lainnya yang mengakibatkan lebih bahaya. Sebaliknya, taraf yang lebih tinggi dalam badan manusia juga akan mengangkat taraf yang lebih rendah, bahkan sebuah elektron yang bergerak secara liar dalam tubh manusia pun menjadi berbeda dibanding elektron yang bergerak secara liar diluar tubuh manusia.

            Berkat kemampuan ini, dorongan untuk menemukan pembaruan sudah tidak dapat dibendung lagi. Pembaruan bukan lagi merupakan peristiwa istimewa, tetapi telah merupkaan berita harian. Dengan demikian peranan kutub mental telah menjadi efektif dan dominan, sehingga peranan kutub fisik menjadi sangat relatif. Ketergantungan dalam lingkungan tentu menjadi sangat relatif. Manusia dapat kemana saja dengan pikirannya.nmanusia dapat begitu asyik dengan ide-idenya yang tidak berhubungan langsung dengan alam sekitarnya. Masa lampau juga tidaklah mengikat manusia begitu ketat lagi. Lingkungan alam tidaklah sekedar untuk dinikmati, tetapi dicipta kembali sesuai dengan kebutuhan dan imajinasi demi kebaikan dan kesejahteraa yang semakin meningkat. Hubungan kemasyarakatan tidak hanya meneruskan apa yang diwariskan oleh nenek moyang. Penemuan-penemuan baru semakin berkembang pesat. Bahkan bumi pun sudah tidak mampu untuk membatasi kreativitas dan daya imajinatif manusia. Keterbatasan diri seolah-olah tidak diperdulikan lagi oleh manusia. Keterbatasan kodrati manusia diatasi dengan menciptakan alat-alat yang mampu mengangkat kemampuan alamiahnya. Semuanya bisa diarahkan oleh cita-citanya untuk membentuk diri secara lebih sempurna.

            Menjadi jelas bahwa manusia merupakan kesatuan subjek yang terdiri dari bagian-bagian yang berbeda-berbeda taraf. Masing-masing taraf di fungsikan secara maksimal, koordinasi dan subordinasi semakin diperhalus dan dipercanggih. Dengan demikian taraf-taraf lebih rendah semakin berperan dalam mendukung taraf yang lebih tinggi, sedangkan taraf tertinggi mengatur dengan perencanaan keseluruhan maupun detilnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline