Lihat ke Halaman Asli

Mudjilestari

Author motivator and mompreneur

Seikat Edelweis dari Gunung Lawu

Diperbarui: 22 Agustus 2022   12:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Suntuk dengan pekerjaan di kantor dan banyaknya masalah membuatku nekad melakukan perjalanan sendiri. Berangkat dari terminal Purabaya, aku menyebutkan tujuan ke kota Magetan pada kondektur. Perjalanan malam hari memakan waktu sekitar 5 jam dengan bis ekonomi menuju kota yang mendapat julukan The sunset of East Java tersebut. Kota yang letaknya di ujung barat Jawa timur itu terkenal dengan wisata gunung yang indah, berhawa sejuk, dengan panorama alam yang memukau.Pukul 03.00 dini hari bis yang kutumpangi tiba di terminal Magetan. Masih terlalu dini untuk melanjutkan perjalanan karena jadwal tiba lebih cepat dari yang kuperhitungkan.

Aku masuk ke dalam ruang tunggu terminal yang hanya berupa ruangan sempit memanjang. Meletakkan ransel dan menyandarkan punggung yang terasa pegal karena tempat duduk di bis yang kurang nyaman.

"Mau ke mana, Mbak?" tanya seseorang membuyarkan rasa kantukku. Aku membuka mata dengan malas, dan menegakkan punggung kembali. Seorang laki-laki berusia sekitar tigapuluhan tahun berdiri tak jauh dari tempatku duduk. Aku menatap sekilas, tak ada yang mencurigakan, wajahnya sedikit pucat dengan sorot mata tajam. Dari penampilannya aku menebak sepertinya dia seorang pendaki gunung atau pelancong.

"Saya mau ke Sarangan, Mas," jawabku  

"Kebetulan kita searah, Mbak bisa bareng saya kalo mau," ujarnya menawarkan. Aku menautkan alis ragu.

"Mas mau ke Sarangan juga?"

"Kami mau ke Gunung Lawu, kita searah."

Aku bergeming ragu, menimbang. Sebenarnya kalau mau ikut dengan laki-laki itu lumayan, aku tak perlu menunggu sampai pagi di terminal ini. Namun, rasanya kok risih jika harus ikut bersama laki-laki yang baru kutemui. Meski sebenarnya di kalangan para pendaki hal seperti itu wajar. Jalinan persaudaraan sesama pendaki sangat kuat, dan saling menjaga satu sama lain.

"Kami bertiga, kok, dan ada ceweknya juga," ujar laki-laki itu lagi, seperti bisa membaca keraguanku.

"Ohhh ...." Aku mengangguk canggung

"Daripada Mbak harus menunggu sendirian, monggo kalo mau bareng," lanjut laki-laki dengan Hoody hitam itu lagi. Akhirnya aku mengiyakan ajakan laki-laki yang belum mengenalkan diri tersebut, mengikuti langkah panjangnya menuju sebuah jeep Willys, sebuah mobil kuno yang terkenal tangguh dan pernah menjadi andalan tentara militer Angkatan Darat Amerika Serikat pada perang dunia kedua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline