Sastra adalah karya dan kegiatan seni yang berhubungan dengan ekspresi dan penciptaan. Media utama dalam karya sastra adalah bahasa, sehingga tidak dapat dilepaskan dari sastra. Pemakaian bahasa dalam karya sastra mempunyai spesifikasi tersendiri dibandingkan dengan pemakaian bahasa dalam jaringan komunikasi yang lain. Ciri khas tersebut berkaitan dengan gaya atau stilistika. Stilistika merupakan kajian keindahan bahasa sastra, khususnya untuk menjelaskan tentang kemampuan sastrawan mengolah bahasa yang bergaya dan memiliki nilai estetika.
Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style, artinya gaya. Sedangkan stylistics dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Jadi, stilistika adalah ilmu gaya atau ilmu gaya bahasa. Pembicaraan stilistika tidak dapat dilepaskan dari linguistik atau ilmu bahasa. Ini menyebabkan stilistika merupakan ilmu gabung atau interdisipliner. Penggabungan dua disiplin ilmu, yaitu linguistik dan sastra menyebabkan terjadinya dikotomi arah kajian atau penelitian stilistika. teori stilistika dapat diterapkan dalam kerangka penelitian bahasa (linguistik), dan dapat pula diterapkan dalam penelitian sastra.
Persamaan antara stilistika linguistik dengan stilistika sastra terletak pada objek kajian yaitu bahasa dalam karya sastra. Sedangkan perbedaan keduanya terletak pada tujuan akhir penelitian. Stilistika linguistik hanya untuk mendeskripsikan berbagai fenomena kebahasaan dalam karya sastra, tanpa memperhatikan efek estetika dari penggunaan bahasa tersebut. dengan kata lain, stilistika linguistik hanyalah berupa penerapan teori linguistik untuk mengungkap berbagai unsur kebahasaan dalam teks sastra. Stilistika sastra selain mendeskripsikan berbagai struktur dan bentuk linguistik, yang lebih utama lagi adalah deskripsi efek estetika dan kandungan makna di balik berbagai struktur dan bentuk linguistik tersebut.
Gaya bahasa adalah segala sesuatu yang menyimpang dari pemakaian biasa. Penyimpangan tersebut bertujuan untuk keindahan. Segala unsur estetik ini menimbulkan manipulasi bahasa, plastik bahasa, dan kado bahasa sehingga mampu membungkus rapi gagasan penulis. Manipulasi tersebut dinamakan gaya bahasa (Endraswara, 2003:71). Penyimpangan yang dimaksud adalah bahwa dalam karya sastralah bahasa dieksploitasi sedemikian rupa dengan berbagai kemungkinan sehingga berbeda dengan bahasa sehari-hari (Wellek dan Warren, dalam Ratna, 2014:149). Oleh karena itulah gaya bahasa ini menarik bagi peneliti. Keindahan karya sastra juga sekaligus akan memberi bobot karya tersebut. Bahkan menurut Pradopo dalam Suwardi Endraswara (1991:1) nilai seni sastra ditentukan oleh gaya bahasanya.
Menurut Muhammad (1988:17-33) penelitian stilistika hendaknya sampai pada tingkat makna gaya bahasa sastra. Makna tersebut ada dua hal, yaitu makna denotasi (makna lugas) dan makna konotasi (kias). Kedua makna itu akan saling berhubungan satu sama lain. Pemaknaan keduanya perlu memperhatikan deskripsi mental dan deskripsi fisikal gaya bahasa. Deskripsi ini akan tampak melalui pilihan kata, yaitu ketepatan dan kesesuaian kosa kata. Pemakaian kosa kata yang tepat tentu akan mendukung keindahan karya sastra (dalam Endraswara, 2008:73).
Jenis sastra dapat dibagi menjadi dua yaitu, sastra imajinatif dan nonimajinatif. Sastra nonimajinatif terdiri atas karya-karya yang berbentuk essai, kritik, biografi, otobiografi, dan sejarah. Sedangkan yang termasuk sastra imajinatif adalah karya prosa fiksi (puisi epik, puisi lirik, dan puisi dramatik), dan drama (drama komedi, drama tragedi, melodrama, dan drama tragikomedi). Salah satu bentuk karya prosa fiksi yang lain adalah lirik lagu. Lagu apabila dipersempit dengan menghilangkan unsur luar yang membangunnya, seperti musik, tangga nada, dan intonasi, merupakan sebuah puisi. Hubungan antara lagu dan puisi bisa terjadi secara timbal balik.
Puisi apabila dikembangkan bisa menjadi sebuah lagu, begitu juga halnya lagu apabila dianalisis maka dapat ditempatkan menjadi sebuah puisi. Lirik lagu merupakan ungkapan perasaan yang lahir dari jiwa dan perasaan, yang medianya memakai notasi atau nada-nada yang indah serta mempunyai rasa yang mampu menggugah perasaan orang lain (Arifin, dalam Herizon, dalam Yoseph, 2004:1)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H