Lihat ke Halaman Asli

Mudah Maulidia

Mahasiswi semester 6 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Analisis Sosiologi Sastra dalam Naskah Drama "Mait Idup" Karya Kwee Teek Ho

Diperbarui: 3 November 2022   07:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TEORI
Ruang lingkup dunia kesusastraan tidak lepas dari puisi, cerpen, novel, drama, dan masih banyak lagi, dari keseluruan karya sastra yang akan dibahas kali ini adalah karya sastra drama, lebih tepatnya objek yang dikaji adalah naskah drama. Ada beberapa bagian genre sastra yaitu drama. Drama mempunyai keistimewaan ketika dibandingkan dengan genre sastra seperti prosa dan puisi. Prosa dan puisi cuma ditulis oleh seorang pengarang yang hanya untuk di baca namun tidak di pentaskan di atas panggung seperti drama, namun ada juga sebagian dari prosa dan puisi di pentaskan atau di flimkan. Drama merupakan jenis karya sastra yang isinya mengambarkan kehidupan manusia beserta watak dan tingkah lakunya yang diceritakan secara langsung dengan gerakan diatas pangung untuk dipentaskan.
Teori pendekatan yang dipakai pada penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan Sosiologi Sastra Asal mula kata sosiologi sastra yaitu dari kata sosiologi dan sastra sehingga sosiologi sastra menjadi ilmu yang interdisipliner antara ilmu sosiologi dan ilmu sastra. Sosiologi dalam bahasa Yunani berasal dari kata sosio yang berarti bersama-sama, dan logos berarti ilmu. Jadi, sosiologi bisa diartikan sebagai ilmu mengenai kehidupan masyarakat bersama. Objek dari penelitian ilmu ini dianggap unik dan eksklusif sehingga awal mulanya ilmu ini agak terabaikan. Selain itu, ditinjau dari sejarahnya, Saraswati (2003: 1) mengatakan bahwa sosiologi sastra bisa dikatakan sebagai suatu disiplin keilmuan yang baru karena sosiologi sastra berbeda dengan sosiologi pendidikan lebih dulu dikenal. Ratna (2003: 1) berpendapat bahwasanya sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari keseluruhan jaringan hubungan antar manusia dalam masyarakat yang sifatnya umum, rasional, dan empiris.
Sutopo (2002: 5) mengatakan bahwa sosiologi sastra adalah ilmu yang mepelajari tentang hubungan antara karya sastra dan masyarakat dimana hubungan tersebut dibagi menjadi dua macam: 1. Hubungan antara berbagai macam gejala sosial (misalnya antara gejala ekonomi dengan agama, keluarga dengan moral, hukum dengan ekonomi, gerak masyarakat dengan politik dan sebagainya). 2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial dengan gejala nonsosial (misalnya gejala geografis, biologis dan sebagainya). Tujuan dari sosiologi sastra adalah untuk memberikan pengertian serta pemahaman kepada masyarakat bahwa sastra sangat erat kaitannya dengan masyarakat. Karya sastra juga menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan yang ada di tengah-tengah masyarakat. Sangat jelas sekali bahwasanya sebuah karya sastra dibangun melalui imajinasi ketika imajinasi tersebut sudah bisa dicerna dan difahami melalui kenyataan yang terjadi. Selain dibangun secara individu, karya sastra juga bisa dibangun melalui proses sosial. Aspek sosial dalam sebuah karya sastra juga dilibatkan didalamnya.
Penelitian ini dikaji menggunakan pendekatan sosiologi sastra dengan teori dari Karl Marx tentang teori konflik dan alienasi yang dimana teori ini menjelaskan tentang proses bagaimana peran konflik dapat memicu terjadi perubahan dan konflik ini timbul karena adanya orang yang menciptakan konflik tersebut si tokoh antagonis dalam cerita. Teori ini dipilih guna untuk mengkaji konflik sosial yang terkandung pada naskah drama karya Kwee Tek Hoay yang berjudul “Mait Idup” dan juga hubungan keterkaitan naskah drama dengan potrait sosial yang tengah terjadi di masyarakat.

PEMBAHASAN
Naskah drama karya Kwee Tek Hoay yang berjudul “Mait Idup” ini menceritakan tentang kisah sebuah kelurga yang peran utamanya adalah seorang anak laki-laki yang sudah dewasa yaitu bernama Tjung Yang Bwe namun pemuda ini pergaulannya sangat bebas suka mabok-mabokan main wanita ia adalah anak dari saudagar kaya raya yaitu bernama Tjung Kjik Phok. Suatu ketika pemuda ini jatuh sakit yang cukup parah penyakitnya hingga membuatnya harus dirawat dirumah sakit dan penyakitnya ini cukup berbahaya pemuda ini dilarang dokter untuk menikah sebelum penyakitnya sembuh total kurang lebih membutuhkan waktu 5 tahun. Namun pemuda ini tetap keras kepala dan tidak mau menuruti nasehat dokter, ia merasa sudah sembuh padahal belum dan ia memutuskan untuk tetap melakukan kebiasaan buruknya yaitu minum alkohol dan ia juga ingin segera menikah dengan tunangannya, padahal jika pemuda ini menikah dalam kondisi belum sepenuhnya sehat maka akan berakibat fatal pada istri dan anaknya kelak akan mengalami sakit-sakit an dan umur yang pendek. Beberapa tahun kemudian benar terjadi yang dikatakan dokter setelah menikah pemuda ini sampai 8 kali memiliki anak namun anaknya semuanya sakit dan meninggal dunia dalam usia bayi dan hanya ada satu yang bertahan hidup itupun juga harus selalu bolak balik kerumah sakit karena mengidap penyakit sifilis yang sangat mematikan penyakit ini disebabkan keturunan yaitu dari ayahnya yang memaksa menikah disaat penyakitnya belum sembuh tadi. Naskah drama ini diberi judul “Mait Idup” karena berisikan tentang anak pemuda tadi yang diberi nama Lian Gie yang hidup namun tidak mempunyai kekuatan seperti layaknya orang sehat lain ia hidup namun terdiam seperti mayat dan suatu hari sang anak ini capek hidupnya seperti mait hidup hingga membuatnya bunuh diri untuk menghakhiri hidupnya.
Dari cerita naskah drama diatas hubungan dengan sosiologi sastra yaitu konflik dan potrait sosial yang tengah terjadi dimasyarakat, dijaman sekarang ini banyak sekali pemuda pemudi yang salah pergaulan dan masuk ke dalam pergaulan bebas yang membuatnya jadi nakal suka minum suka main perempuan dan suka berhubungan bebas hal ini membuat banyak penyakit yang bisa ditimbulkan dari adanya hubungan seks bebas contoh yaitu penyakit menular AIDS dan HIV, penyakit ini sangatlah berbahaya menular dan bisa merenggut nyawa. Kita harus pintar dalam bergaul memilih teman jangan sampai kita salah pergaulan dan kita juga harus bisa membatasi dan membentengi diri kita sendiri agar tidak melakukan hal-hal yang tidak baik dan bisa merugikan diri sendiri dan orang lain. Dan kita juga harus menuruti perkataan dokter agar orang-orang disekitar kita tidak ikut terugikan akibat penyakit sifilis, jangan memaksa untuk menikah jika penyakit ini belum sembuh karena bisa berakibat fatal baik untuk dirinya sendiri maupun istri dan anak-anaknya.
Hubungan sosial yang tengah terjadi di masyarakat lainnya yang tergambar dalam naskah drama ini yaitu harus memiliki kesabaran jika di beri ujian sakit karena Tuhan tidak akan menguji hambanya diluar batas kemampuan hambanya, jika diberi sakit harus ikhlas dan sabar menerima dan berusaha untuk diberi kesembuhan banyak berdoa dan berobat karena sakit itu bisa mengurangi dosa jika kita sabar dalam menerima penyakit itu dan menjalaninya, jangan sampai berfikiran untuk bunuh diri mengakhiri hidup karena bunuh diri adalah perbuatan yang sangat dibenci oleh Allah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline