Lihat ke Halaman Asli

Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Melancong ke Luar Negeri dengan Anak Yatim

Diperbarui: 9 April 2024   14:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Wisata bersama, baik dengan keluarga, karyawan ataupun dengan orang lain, sering kita temukan di berbagai objek wisata dalam dan luar negeri. Bila berkunjung ke Candi Brobudur di Jogyakarta, pulau Bali, kawan Raja Ampat, di Sorong  dan tempat-tempat lain,  dengan mudah ditemukan kelompok wisatawan dari luar negeri dan juga dalam negeri. Demikian juga saat berkunjung ke Twin Tower di Malaysia atau lokasi wisata Santosa Island di Singapura.  Ketika melaksanakan ubudiah Umrah bagi umat Islam, tidak melewatkan mengunjungi masjid serta lokasi  bersejarah, da'wah dan perjuasngan Rasulullah dengan para sahabat. Sering pula . mendatangi tempat bersejarah di luar Saudi Arabia, seperti Masjidil Aqsa, Turky, Lebanon, Mesir dan destinasi wisata lain.

Wisata Bersama itu tidaklah bermakna khusus, kecuali kepada mereka yang melancong di segi kesegaran fisik, keceriaan hati,dan kebahagian, kenangan serta oleh-oleh khas yang dikumpulkan. Bebeda halnya dengan wisata bersama anak yatim ke Singapura yang dilakukan yang ditulis dalam sebuah buku, "Menggapai Merlion, Kisah Perjalanan Yatim dan Duafa", hasil karya Avicenia Darwis, diterbitkan tahun 2017. Buku dengan tebal 140 halaman ini menguraikan bagaimana persiapan anak yatim dan duafa, beberapa tahun,   agar dapat ikut serta dalam wisata ini. Sebuah  perjalanan wisata selama 3 hari dengan dua belas anak  yatim dan duafa, yang belajar di tingkat pendidikan dasar, jenjang mendidikan menangah  atas,  dan juga yang sedang menuntut ilmu di perguruan tinggi.

Pengumpulan biaya untuk berwisata ke Singapura dilakukan secara berkelompok dan individual. Dalam kelompok,mereka menjual makanan kering di lokasi "Car free day di Bogor", dan keuntungan nya di tabungkan kepada keoordinator, dalam hal ini Aveciena Darwis dan Istri. Penulis Bersama keluarga juga mempunyai kegiatan pendikakan anak jalanan dan anak di Bogor, yakni "Taman Asuhan Qurrannuda", di Kota Bogor. Mereka selalu menyisihkan unag jajan "kalau ada" mewujudkan  impian mereka sejak, untuk mendatangi Singapura. Model wisata ini dilakukan dengan ala  "backpacker". Dengan keterbatasan dana yang dimiliki menginap di losmen murah dan dengan kosumsi sederhana selama mereka berada di Singapura.

Anak-anak yatim dan duafa yang ikut serta merasakan langsung perjalanan yang mengesankan dan penuh makna. Semakin menyadari displin dalam kehidupan se-hari hari. Misalnya kebersihan di jalanan, area bisnis dan dalam sarana transportasi. Kesan ini membawa kesadaran baru pada mereka, semakin peduli terhadap Perpustakaan Taman Asuhan Qurrannuda, tempat mereka selalu berkumpul dan memperoleh pendampingan. Buku semakin tertata rapih,  tanpa debu dan lantai yang licin (halaman 130) Dan lebih penting semangat membaca yang semakin baik.

"Mereka bnerjanji untuk lebih bersemangat dalam belajar dan menabung, disiplin dalam mengatur waktu belajar Bahasa Inggris" (Halaman 130). Ayah seorang anak "Ayu" yang ikut dalam wisata ini  menceritakan manfaatnya  kepada penulis. "Ayu anak nya baik. Setelah pulang dari Singapura, semakin dispilin waktu pergi dan pulang sekolah. Ibadah nya lebih baik serta belajar lebih rajin". Yogi yang ikut dalam rombongan wisata ini mengemukakan pula,  "Aku berharap bisa masuk SMA/SMK Negeri, menjadi anak yang berbakti pada orang tua dan ingin mengunjungi Jepang, Korea dan Negara lainnya".(Halaman 139).

Buku ini enak dibaca dengan gaya penulisan popular dan merngispirasi kepada pembaca. Terutama anak anak dalam era proses pertumbuhan dan menutut  ilmu di jenjang pendidikan formal maupun pendidikan informal. Nugrahani seorang pemerhati sastra memberikan hormat kepada penulis dan dia mencatat sepenggal puisi Khahill Gibran "Kebahagiaan itu  adalah untuk mereka yang menangis. Mereka yang tersakiti. Mereka yang telah mencari dan mereka yang telah mencoba.  Karena mereka lah yang bisa menghargai, betapa pentingnya orang yang menyentuh kehidupan mereka. Buku ini mengispirasi kita. Mari kita jadikan kehidupan kita dan orang lain lebih baik".

Avecenia Darwis yang jebolan ITB jurusan Teknik Geologi dan  pensiunan SKK Migas memberikan inspirasi buat saya. Avicenia Darwis bersama dengan keluarga, tidak pernah berhenti untuk berbagi. Dia dikenal pula sorang donatur dalam mendorong pembanghunan di kampung halaman nya yakni Jorong Sipisang, Nagari Nan Tujuh, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

Kapan saya bisa melakukan kegiatan kepedulian pada kelompok masyarakat lapis bawah semakin meningkat, disegi jangkauan lokasi dan kuantitas yang dilayani.. Petikan puisi Khahill Gibran itu,  menembus  langsung hati dan membangkit semangat untuk berbagi pada sesama. Semoga Ridha Allah dan kemudahan yang diberikan Nya,  akan mendorong amal-amal  inspiratif  sesuai dengan kebutuhan bagi sesama di waktu mendatang. Insyaa Allah. Amiin Ya Rabb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline