Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Mama Net, "Hj. Rosnetty binti Mahyudin"

Diperbarui: 1 Agustus 2022   10:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DOKUMENTASI KELUARGA DAN PRIBADI

Jum'at hari istimewa dan mengukir catatan yang tidak akan terlupan bagi kami. Hari yang penuh istimewa, pahala dan barkah itu,  29 Juli, 2022, sehari menjelang 1 Muhararam 1444 H, salah seorang keluarga telah dipanggil Al Khalik, jam 12.51 di Tanggerang. Beliau itu, lebih familiar dengan panggilan "Mama Net atau Uni Net", adalah anak sulung dari tujuh bersaudara. 

Mama Net adalah istri dari Dahnial rahimahullah, saudara sebapak dari Istri saya Hj.Yulinar Ismail, adik ipar Hj. Rosni Ismail dan juga Chairul Tanjung Datuak Kayo, rahimahullah. 

Meninggal nya Mama Net, dilepas oleh empat  adiknya Uni Yus, Ipom , Yan dan Uni Ta. Kami dari keluarga,  sebapak suami almarhumah, serta ponakan dan cucu. Mama net lahir 14 Maret 1940, meninggal dengan usia 80 tahun.

Pagi hari Jum'at itu, memang sudah merencanakan untuk melihat Mama Net yang kurang sehat. "Kita berangkat"  nanti dari Natura City Serpong usai shalat Jum'at. Qadarullah kembali dari masjid, membuka medsos, dapat  info bahwa Mama Net telah berpulang ke rahmatullah.

Mama Net sebelumnya tinggal di Jl. Tambak, Matraman.  Sekitar 5 tahun yang lalu pindah ke rumah adiknya Ni Yus di Perumnas Tangerang, dekat Pasar Swalayan Shinta. 

Karena Mama Net tinggal sendirin dan menderita sakit pinggang, sehingga tidak dapat merjalan sendiri, dan hanya ditemani tetangga Sejak remaja membantu nya. Tinggal  bersama adiknya, memungkinkan perawatan lebih baik dan dengan perhatian adik kandung sendiri.

Saya mengenal Mama Manet saat masih bujangan, mulai  belajar mandiri, menyewa sebuah rumah petak di Jalan Tambak  ini. Mengenal dengan baik Da Dahnial, Mama Net dan keluarga nya, termasuk Istri Hj.Yulinar Ismail, Hj.Rosni Ismail dan keluarga yang lain. 

Uda Dahnial  mengajak adik sebapaknya saat masih belajar di SMP ke Jakarta, beberapa tahun  setelah Bapaknya Guru Ismail, meninggal di Sipisang, Kabupaten Palupuh, Sumbar. Mereka di "sekolah" kan dan tinggal  bersama nya hingga menamatkan pendidikan tingkat lanjutan atas.

Ketika pindah ka Tengerang, Mama Net kami ikut kan dalam Peguyuban Layanan Kematian di lingkungan Perumnas.  Paguyuban ini lah mencari lokasi pemakaman, memandikan, mengkafani, shalat jenazah dan menguburkan nya. Pada jam 16.00 dimulailah memandikan jenazah dan dilanjutkan dengan mengkafani. 

Jenazah Mama Net belum ditutup seluruhnya, Karena adik nya Ipom  meminta agar ia dapat melihat dan mendoakan kakaknya sebelum di kubur. Ipom baru sampai dari Bali sekitar jam 18.30, dan langsung kerumah dan sampai di rumah duka,  bertepatan dengan azan shalat Isya. Qadarullah, Ipom yang tinggal di Belanda, sedang berlibur dengan suami nya di Bali, dapat melihat kakak nya sebelum di shalatkan.

Usai Shalat Isya, dilaksanakan shalat janaiz di Mesjid Baiturrahman tidak jauh dari rumah duka, kemudian langsung dibawa ke TPU Rawa Kucing, Tanggerang, yang berada sekitar 2 km dari Bandara Sukarno Hatta. Alhamdulillah kondisi alam yang baik dan    tidak hujan dan cuaca malam yang tenang, proses pemakaman berjalan lancar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline