Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Melawan Virus Covid-19

Diperbarui: 9 November 2021   08:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Sejumlah  kasus keluarga menjadi sumber penularan virus corona. Keluarga juga menjadi sumber tekanan psikologis selama pandemi, mengingat sebagian besar waktu dihabiskan di rumah. Dalam konteks ini selama bulan Juni dan Juli 2021 sejumlah kerabat terkapar  dan meninggal.  Seperi Uni Jun di Pondok Bambu, Da Men di Kedoya, Dinda Afnida di Kedoya, mertua putra sulung di Srengseng, mertua adik Ipar Anak ku di Bekasi, Nurain di Bekasi dan banyak lagi yang lain.

Juga sejumlah teman-teman yang meninggal seperti Awan Dewangga di Tangerang, Hamzah di Ciputat, Heru di Sukabumi, Nana S Tjalim, di Ciawi, Hashnim Fadhli Hassan di Ciputat, Suharti di Klender, Ayah Syafrudin Puri Indah, Dan beberapa orang alumni PGAN, PGAI Padang dan lain IAIN Bonjol Padang.

Pada sisi lain keluarga yang terkapar covid dengan cepat melakukan antisipasi berhasil sembuh dengan indikasi test "PCR dan Swap" dengan hasil negatif,  kalaupun terkena virus ini dengan isoman yang disiplin, umumnya virus berhasil dilawan. 

Saya dan keluarga pulang kampung 20 Juni 2021. Direncakan akan lebaran Idul Adha di kampung, yakni kampung istri Jorong Sipisang, Nagari nan Tujuh, Kecamatan Palupuh Kabupaten Agam. Tetapi karena kampung saya di Lawang, tentunya saya juga akan ke Lawang (Kecamatan Matur, Kabuppaten Agam, sekitar 15 km dari Bukittinggi arah ke Maninjau.

Selama tiga hari  di Lawang, hanya bersilaturrahmi  dengan pengurus Mushalla, Mesjid, Madrasah melihat kegiatan dan pemanfaatan penggalangan dana yang digerakkan dari rantau dan juga di Nagari Lawang sendiri. Setelah acara khatam Al Quran di Mesjid Jihad Bansa, Jorong Katapiang, dengan karnaval ke Kantor Wali Nagari di Pasa Lawang, saya kembali ke Sipisang melalui Bukittinggi, dengan kendaraan umum, 26 Juni 2021.  Tertib masker tidak lepas dari mulut dan hidung, walau penumpang yang lain, tidak menggunakan masker.

Di rumah telah datang anak anak Kakak Ipar dengan keluarga, datang dengan dua mobil. Juga 14 orang berikutnya datang dengan pesawat. Rumah demikian meriah, hampir 28 orang, sehingga rumah yang memang besar, terasa kecil. Alhamdulillah kami semua ceria tidak ada tanda tanda terserang virus covid. Mereka menikmati alam yang segar dan mandi ke Sirabungan, tempat salah satu keluarga berkebun dan memelihara ikan. Merasa belum puas, kembali ke sana hari berikut nya. Walau tantangan jalan kaki kesana cukup berat. Tanjakan, lima jembatan bambi dan pohon pinang, dengan pegangan yang tidak kuat.

Saya sendiri mulai lagi keliling mendatangi Kakak Mantan Walikota Buktinggi Dr.H Harma Zaldi di Banto dan dapat informasi adiknya Harmen terkkena stroke, tinggal di Batusangkar. Setelah mampir di Perpustakaan Proklamator Dr. Mugammad Hatta, di komplek Walikota Bukittingi, saya ke Batusangkar. Ketemu lah dengan Harmen, yang kadang kadang ingat dengan saya, dan sering lupa, namun dia menangis melihat saya.  Tahun 1998  dia pernah aktif di LPPSE, sebuah LSM yang kami dirikan dengan kakaknya almarhum Arbiter Tutiko.

Dari Batusangkar kembali ke Bukittingi, nginap di Hotel Jogya, dan besok nya ke Padang. Mampir di rumah ponakan dekat Asrama Haji lama, rencana mau mampir ke rumah bako Uni Adih, batal. Karena mereka sedang isoman, saya kembali ke Bukittinggi dan langsung ke Sipisang, 14 Juli 2021. Merasakan secara fisik masih segar dan juga makan masih nikmat. Alhamdulillah. Ketan dan durian hampir setiap hari, menjadi camilan kami. Saya tetap menjaga diri, karena ada penyakit lama diabetis.

Malam itu mendapat kabar Mertua Putra Sulung meninggal, karena covid. Istri saya masih sempat ngobrol dua hari sebelum nya via video call, memberikan sugesti dan obat yang dapat diminum. Termasuk mengingatkan Putra, istri dan anak anak, agar selalu memakai masker dan jangan terlalu dekat dengan orang tuanyallya yang sakit. Maklum mereka tinggal di rumah kontrakan yang kecil. Allah mentakdirkan, beliau dipangggil Allah dan dimakamkan esoknya di TPU AL Kamal, satu liang dengan cucunya yang meninggal lima tahun yang lalu. Almarhumah sebelumnya memang sudah menderita diabet, lambung dan batuk yang cukup lama tidak sembuh.

Ketika saya terkapar covid, ditandai dengan tidak mampu berdiri, sulit untuk duduk ketika tidur, makan susah, semua pahit dan demam panas. Saya sendiri memang sudah puluhan tahun menyandang diabetis kering, dan sudah menggunakan insulin. Lalu diputuskan untuk lengsung kerumah sakit Otak DR Muhammad Hatta di Bukittinggi, diperiksa di ICU , kemudian sekitar jam 11 dirujuk ke rumah sakit Hermina Padang. Rumah sakit Hermina dipilih Atas rekomendasi besan dan mantunya yakni dr. Hadril Busudin, SP.S., MH dan dr. Boby Arphan Anwar, spesialis jantung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline