Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Meski Rugi, Tetap Menanam Padi

Diperbarui: 22 Agustus 2021   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sore hari kembali dari melihat sawah dan tambak kakak Ipar Mak Caun, terlihat dua karung di  teras rumah. 

Saya menanyakan kepada istri, "Itu karung apa?, "Bagi hasil garapan sawah di belakang rumah yang dikerjakan oleh Yanti", jawab nya pendek. 

Memang kemaren tanaman  padi yang berada di belakang rumah  sudah menguning, siap dipanen. Sehari sebelumnya di panen, selanjutnya  dirontok dengan mesin perontok padi.  

Dahulu cara ini dilakukan dengan "iriak". Menggulung batang padi  sekitar lima rumpun, diinjak di dengan kaki,  dengan bertumpu pada tongkat di kiri dan kanan, sambil mundur, terakhir di tendang kebelakang.  Tahap berikutnya  menggunakan "lumbo" alat sederhana bersumber putaran angin dengan sumber daya mesin diesel.  

Sebelum teknologi sederhana ini, memisahkan padi dari sisa daun dan padi hampa, di lakukan dengan "meng-angin". 

Padi di taruh di "nyiru" dan di angkat diatas bahu atau kepala, dicurahkan pelan pelan,  dengan embusan angin  kotoran daunan akan tertiup oleh angin.

Sawah yang luasnya 500 m2, menghasilkan 15 kaleng (sekaleng 12kg) digarap oleh Yanti, dengan pola bagi hasil. 30% hasilnya untuk pemilik lahan dan 70 persen untuk penggarap. 

Keseluruhan biaya penggarapan lahan, menanam, pupuk, membersihkan, hingga panen menjadi tangguangan penggarap. Di Jawa pola seperti ini dikenal dengan "maro" dan di Sumatera Barat disebut dengan "Saduo". 

Saya tanya Yanti, berapa modal penggarapan nya?. Yanti nggak menjawab, saya tanyakan lagi, kira kira berapa persen untung nya?. Yanti dengan cepat menjawab, "nggak sesuai dengan modal", paling paling dua tiga perempat dari modal. 

Hasil sawah 12 kaleng (sudah diberikan kepada pemilik lahan 3 kaleng) dijual (12 x 12 x Rp.5.300/) adalah Rp. 963.000. Artinya dengan hasil Rp.963.000, modal yang dikeluarkan sekitar Rp. 1.200.000. 

Pengeluaran itu tidak dihitung tenaga kerja Yanti sendiri, makan tenaga kerja yang ikut dalam tahap pengolahan lahan, menanam, dan panen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline