Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Dua Dimensi Manusia

Diperbarui: 7 Juli 2021   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                                   (foto lenteraswaralampung.com)

Manusia sebagai makhluk Allah dijadikan oleh Al Khaliq  sebagai makhluk yang sempurna. Selain itu dijadikan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada Nya. Firman Allah menegaskan, "Tidak lah aku jadikan engkau manusia, hanya semata mata untuk beribadah kepada  Ku."

Namun salalu saja ada hamba Allah yang patuh dan inkar, dua karakter yang tolak belakang. Karakter pertama, adalah adalah makhluk yang peduli dan mematuhi pedoman yang diberikan oleh Allah, sehingga Ia selalu dekat dengan malaikat. Karakter kedua adalah manusia dengan kepribadian jauh dari Allah, kontradiksi dengan dimensi pertama, lebih dekat Dengan iblis dan syaitan.

Sebagai makhluk Allah yang dekat pada Nya, terlihat dalam perang Badar yang historical. Dimana hamba Allah yang terpanggil menjadi mujahid di Perang Badar yang besar itu, kembali dan akan memasuki perang yang lebih besar lagi. Perang itu adalah "Jihad un Nafsi", perang melawan nafsu yang berada di masing masing diri manusia, pada bulan Ramadhan yang segera datang. 

Kelompok kedua karakter manusia itu akan mempertanggung jawabkan seluruh aktifitas nya kepada Allah. Untuk memungkinkan kelompok pertama, berhasil mempertanggung jawabkan perbuatan nya kepada Allah, harus dilandasi oleh Shabar dan melaksanbakan Ubudiah Shalat.  Wastaiinu bish shabri wa shalah. Dalam konteks ini, sebuah pepatah Arab yang menyatakan bahwa "shabar itu kunci sukses" Kunci kedua adalah menjalankan ibadah shalat dengan berkualitas dan istiqamah  hingga akhir hayatnya.  Dilihat dari kecerdasan emosional, bagi orang  yang shabar, tidak ada bagi nya kegagalan, kecuali sukses.

Dalam surat Al Baqarah ayat 45 yang artinya dapat di simak. "Dan minta tolonglah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya itu sulit dilakukan kecuali bagi orang-orang yang khusyu". Namun dalam kenyataan nya, manusia kemudian dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi karakter. Hal ini menjadi fokus uraian Ust.Dr.  Afdal Ali Rahman  pada saat kuliah online "Pejuang Shubuh", di Mesjid Pondok Indah, Jakarta Selatan, pada hari Ahad, 27 Juni 2021.

Mari kita segarkan sebuah  sebuah kisah yang dapat ditelaah dari Kitab Riadatus Shalihin yang termashur , karangan Imam Nawawi. Dialog antara  Fulan pemecah batu dengan seorang orang tua.   Seorang tua pengembara bertemu dengan seorang  yang sedang memecahkan batu. Katakanlah si Fulan, ia dengan serius memecahkan batu,  dengan palu besi, terlihat keringat bercucuran di dahi dan leher nya. Dia telah berusaha untuk memecahkan batu itu hingga 99 kali puklan keras. Namun usaha nya itu tidak membuahkan hasil.

Saat itu lah orang tua melihat dan menghampirinya. "Ya Sahabatku, engkau kelihatan lelah dan sedih. Apa yang terjadi". Pemecah batu, menjelaskan bahwa mata pencarian saya adalah memecah batu. "Batu ini telah saya pukul dengan palu besi, dengan keras dan kekuatan penuh, hingga 99 kali. Saya lelah, tenaga sudah terkuras, namun belum berhasil. Keluarga saya menunggu saya membawa uang, dari hasil memecahkan batu ini untuk membeli makanan bagi keluarga".

Orang tua tadi, ikut sedih. Ya Fulan, "Bagaimana kalua saya coba memukul batu ini". Si fulan berkata dalam hatinya, "mana mungkin seorang tua renta,akan berhasil memecah batu ini, Saya yang masih muda dan memiliki pengalaman di bidang ini, puluhan tahun tidak berhasil".

Si Orang Tua  memandang pemecah batu dan sebaliknya, saling berpandangan. Si Fulan, memberikan kesempatan pada orang tua tadi untuk memecahkan batu itu. Dia memberikan palu besi yang berat itu kepada orang tua tagi. Dia saksikan orang tua  berusaha untuk mengangkat palu besi itu dengan sekuat tenaga. Orang tua mengangkat palu tinggi tinggi, dan memukulkan nya ke batu itu. "Plak... gerr, pukulan orang tua itu mememacahkan batu tadi, sehingga pecahan nya berhamburan".

Melihat hasil yang menggembirakan itu, si Fulan Dengan ceria menyampaikan terima kasih dan langsung bertanya. "Kenapa anda seorang tua yang terlihat tidak memiliki tenaga, mampu memecahkan batu itu. Saya yang lebih muda dan memiliki tenaga yang lebih baik, hingga pukulan ke 99, belum berhasil".  "Kok bisa ya?  Tolong jelaskan kepada ku, kata si Fulan

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline