Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Rantau Jo Kampuang

Diperbarui: 15 Mei 2021   14:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Merantau bagi orang Minang adalah "EVENT PENTING" untuk pembekalan diri, baik di bidang ilmu,  ketrampian dan kepribadian. Secara filosofis mereka paham betul makna pantun "Karatau Madang Dihulu, Babuah Babungo Balun, Marantau Bujang Dahulu, Dikampuang Paguno Balun"

Konon  di wilayah Jabodetabek, dari sepuluh orang, satu diantaranya adalah orang Minang. Sementara di Wilayah Kepuluan Riau, 40 % penduduk nya berasal dari tanah Minang.  Demikian juga bagi Nagari Lawang, 30 % dari penduduk Nagari ini merantau, ke sejumlah kota baik di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan malah ke Papua.

Meskipun tinggal  di rantau, mereka sangat peduli tanah kelahiran nya. Tidak mau tertinggal tentang perkembangan nya.  Para perantau selalu pula "nggak sabaran" untuk menyampaikan aspirasi bahkan  solusi untuk kemajuan kampungnya.

Dalam konteks ini, maka setinggi-tinggi terbang bangau, kembalinya ke kubangan jua. Sejauh-jauh merantau, kampung halaman terbayang juga. Sehabat-hebatnya orang Minang di rantau, setinggi apapun jabatan dan kedudukannya, mereka tetap saja memerlukan pengakuan dan eksistensi di kampung halaman atau negeri asalnya. Rindu dan cinta kampung, tak dapat dihilangkan.

Ramadhan tahun ini dengan kondisi covid 19 yang masih tinggi, telah memberikan hikmah pada hamba di rantau. Meski tidak bertatap muka secara lahiriah, hubungan kekerabatan tetap terjalin. Malah komunikasi antara sesama keluarga dan antara perantau dan sanak saudara di kampung, lebih intensif. Setiap saat berlangsung komunikkasi via "video call" atau  dengan medsos lain, dengan kecanggihan teknologi informasi.  Ini terlihat nyata antara para perantau dan sanak saudara yang tinggal di kampung, khususnya Nagari Lawang.

Intensitas komunikasi ini memberikan dampak ganda lain, perhatian yang lebih besar dari para perantau untuk bagi kampung halaman nya. Tidak hanya sebatas keluarga, kaum, tetapi untuk pembangunan Nagari serta Jorong.  Baik untuk bidang kegiatan keagamaan, pendidikan, pembangunan fasilitas sarana ibadah, peningkatan kualitas ubudiah dan amaliah lain, di Nagari Lawang, dan nigari lain di Sumatera Barat.

Sebagai contoh, adalah  wujud kebersamaan para perantau dan "rang kampuang", selama Ramadhan 1442 H  adalah terlaksananya "Buka Bersama Ramadhan",  hampir  20 Mesjid, Surau dan Mushalla yang berada di Nagari Lawang, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam.  Lokasi buka puasa bersama itu berada di tujuh  Jorong (Dusun).  yakni  Mesjid Babusalam Gajah Mati  (Kamis 29 April 2021), Mesjid Jami' Pasar Lawang Tigo Balai (Juma'at 30 April 2021), Mushalla Nurul Ikhlas Surau Mato Aie (Sabtu,1Mei 2021), Mesjid Al-Muttaqim Buayan Lawang (Minggu, 2 Mei 2021), Mesjid Al- Munawarah Gajah Mati (Senin, 3 Mei 2021), Mesjid Mujahidin Batu Basa (Selasa, 4 Mei 2021), Mesjid Jihad Bansa ( Selasa, 4 Mei 2021), Mesjid Nurul Huda Lawang Tuo ( Rabu, 5 Mei 20, Surau Tangah Jorong Katapiang (Rabu, 5 Mei 2021), Panti asuhan. Lawang Tuo (Jum'at 07 Mei 2021), Mushalla Darul Fallah Ampangan (Jum'at 07 mei 2021, Mesjid Kapalo Koto Katapiang (Sabtu, 08 Mei 2021), Surau Darul Husta + Surau Kubang Gajah Mati (Sabtu, 08 Mei 2021),  Surau Kubang, Surau Baru Lawang Tuo (Sabtu, 09 Mei 2021), Surau Jambu + Surau Pulai Gajah Mati (Minggu,  09 Mei 2021),pelaksanaan di Surau Pulai Surau Batu Gajah, Gajah Mati (Senin, 10 Mei 2021), Mushalla Nurul Iman Lawang Tuo (Selasa, 11 Mei 2021), dan  Surau Bulawu Kayu Nan Rimbun Gajah Mati (Selasa, 11 Mei 2021).

Buka puasa di masjid dan mushalla yang berlangsung yang baru  dimulai pada bulan Ramadhan tahun 1442 H ini, mengandung  makna tersendiri. Pertama, kegiatan ini merupakan paduan keswadayaan masyarakat sekitar Mesjid, Surau dan Mushalla, dalam pengelolaan dan penyediaan ta'jir dan makanan berbuka. Masyarakat semakin bersemangat untuk bahu mambahu mempersiapkan nya. 

Para perantau hanya memberikan "stimulans kecil" sebagian dana yang diperlukan.  Makna yang kedua adalah, semakin tercipta silaturrahmi antar pengurus Surau, Mushalla dan Mesjid, kasrena mereka saling datang pada saat acara buka puasa bersama berlangsung. Lebur lah aspek khilafiah perbedaan jumlah rakaat tarawih, pembacaan kunut, sir tidak nya pembacaan basmalah, zikir dan amaliah sunat lain. Makna yang ketiga adalah para ulama, imam, labai dan khatib, yang menjadi "suluh dan bendang" dalam kaum dan Nagari yang dipangku oleh masing masing kaum, semakin berperan. "Adat bersendi syara', syara' bersendi kitabullah, alam takambang jadi guru", bukan sekedar slogan.

Gerakan penggalangan dana untuk pembangunan di Kampung juga berjalan dengan pesat. Untuk Pembangunan sarana ibadah, pesantren, kampung santri, beasiswa santri, diberikan respon yang tinggi oleh perantau. Pengiriman delapan santri Pesantren Hafidz Ibnu Hajar ke Sudan, diperoleh 70 % dari Rp. 160.000.000 dana yang diperlukan. 

Begitu juga Pembangunan Mushala Surau Nagari Lawang Tuo senilai Rp. 715.000.000, telah diperoleh ratusan juga rupiah. Hal serupa juga terlihat dalam pembangunan Mesjid Madrasah Mualim,in Muhammadiyah, renovasi Madrasah Ibtidaiyah Tarbiyah, yang rusak terkena angina kencang, 1 April 2021. Sambutan yang tinggi juga, diperlihatkan perantau untuk pembangunan sejumlah mushalla lain di Nagari Lawang, seperti Mushalla Muhajirin Batu Basa, Surau Mato Aie, Surau Tangah dan yang lain nya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline