Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Mengunjungi The Golden Mosque, Qiapo, Manila

Diperbarui: 8 Mei 2021   16:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Mesjid ini termasuk mesjid tertua di Qiapo, Manila, dibangun oleh masyarakat Muslim yang berasal dari Minandnao, mereka  bermukim di daerah ini  mulai tahun 1950. Kemudian pada tahun 1976 mesjid ini dibantu pembangunan nya oleh Presiden Libya Muhammad Khadafi, sebagai hadiah bagi pemerintah Philipina, yang membuka pemukiman dan penghidupan bagi masyarakat Muslim di kota Qiapo ini. Jamaah di masjid mengisahkan peran penting DR. Nur Misouri, Tokoh yang dibanggakan dari wilayah Philipina Selatan, Mindanao, sangatmembantu pembangunan masjid ini dan perluasan kawasan permukiman Muslim di Qiapo ini.

Saya baru mengenal dan datang ke Mesjid  dengan nama popular  'The Golden Mosque' atau "Mesjid Emas",   pada tahun 1985. Ketika itu sedang  mengikuti pelatihan tentang pembangunan pedesaan dan pertanian di International Institute for Rural Recontruction (IIRR) di Silang, Cavite. Lokasi pelatihan ini sekitar 40 km di luar kota Manila. Pelatihan ini diikuti oleh 25 peserta dari beberapa negara  seperti Thailand, India, Srilanka, Venezuela, Brazil, Malaysia dan Indonesia. Peserta dari Indonesia saya dan Irhamni Sulaiman, dari LP3ES. Pelatihan ini berlangsung  enam minggu,dengan fasilitas asrama di area kampus IIRR yang nyaman.

 Philippina memiliki pusat kajian dan pengembangan pertanian  dengan dukungan FAO  dan Lembaga  International lain, IIRR salah satu dari Lembaga Non Pemerintah yang terkenal dalam kajian, ujicoba, latihan  pengembanan pertanian.  Fokus pelatihan kali ini, mulai dengan kajian potensi pertanian di Asia, persoalan yang menghadang, strategi dan model   program pembangunan pertanian, termasuk tekhnologi tepat guna pengolahan hasil pertanian serta pemasaran nya..

Diantara peserta pelatihan ini hanya beberapa orang yang Muslim, yakni dari Pakistan, Malaysia dan Srilanka. Pada minggu ketiga pelatihan, saya  mengajukan izin untuk menunaikan Shalat Jum'at di Manila. IIRR menyetujui nya, tetapi yang siap untuk ikut serta  hanya kami dari Indonesia.  Jadilah kami tiap hari Jum'at libur, pagi pagi berangkat ke Manila untuk Shalat Jum'at, kadang -- kadang kami nginap semalam di Manila. IIRR memberikan fasilitas biaya taxi pergi dan pulang dengan uang makan yang lumayan, masih bisa untuk membeli oleh-oleh..

Shalat Jum'at pertama tahun 1985 itu menjadi pengalaman yang tidak terlupakan. Saya dan Iramni mendapat kesempatan shalat Jum'at di Mesjid Emas ini, tiga kali. Berikut nya setiap pada kesempatan acara di Manila, selalu berkunjung ke masjid ini, seperti acara Seminar, meeting dan workshops diantara nya  Ibfan Forum dengan teman teman YLKI, pertemuan Asian Women Cooperative Forum (AWCF) Asia Tenggara yang berkantor di Manila. Pertemuan ADB, Lokakarya Penataan kampung Kumuh.   Allah mentaqdirkan anak saya yang ketiga Anisaa Chairani, dapat suami mualaf dari Bataan, Philippina. Kunjungan ke Mesjid Emas ini dan sebuah masjid lain di Qiapo menjadi acara rutin, bila berada di Philippina.

Penduduk Muslim yang tinggal di sekitar masjid ini umum nya berasal dari Mindanao, dengan kultur yang mirip masyarakat Indonesia. Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Tagalog, dengan kosa kata yang lebih banyak berasal dari Bahasa Melayu. Pedagang busana Muslim dan akseoris serta souvenir  di sekitar masjid, dapat berbahasa Indonesia dengan baik. Karena hubungan dagang dengan Grosir Tanah Abang dan sering nya mereka datang ke Jakarta untuk berbelanja barang dagangan nya.

Setiap ke Manila selalu mengunjungi Mesjid ini,  Pertemuan tengah tahunan, training, regional meeting AWCF, dimana Forum Pengembangan Koperasi Indonesia (Formasi) menjadi pendiri dan anggota jaringan pengebangan wanita dan koperasi di kawasan Asia Tenggara. Sebuah masjid yang mewah interiornya, bernusansa Timur Tengah serta  Mihrab yang penuh relief luarbiasa, bergaya Spanyol.

Kunjungan ke msjid ini dan juga salah satu mesjid lain di Qiapo ini lebih sering dilakukan, karena besan, mertua anak ke tiga saya "Anissa Chairani" menikah dengan,  warga Pilipina, seorang mualaf. Kangen Kembali ke masjid ini, karena kunjungan terakhir pada tahun 2007.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline