Lihat ke Halaman Asli

H. Muchtar Bahar

Ingin hidup lebih lama untuk berbagi

Keseimbangan Iman dan Amal

Diperbarui: 1 Mei 2021   17:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Sebuah kisah tentang Abu Hasyim kembali segar, dalam bulan Ramadhan yang istimewa ini. Bagaimana  alur dialog Abu Hasyim dengan malaikat. Abu Hasyim yang terkenal dengan seorang yang ahli ibadah. Soal shalat rawatib-lima waktu berjamaah  nggak pernah telat, selalu dia lebih awal datang ke masjid sebelum azan di kumandangkan. Soal  shalat tahajud di dijalankan setiap hari. Zikir dan shalawat pada Nabi Muhammad tidak pernah hilang dari gerak bibirnya.

Pada suatu malam dia keluar rumah dan ke sumur untuk mengambil wudhu. Dia terkejut melihat sosok berpakaian putih di pinggir sumur. Langsung bertanya, "Assalamu'alaikum sahabat, siapakah anda dan mengapa anda duduk di pinggir sumur itu. Buku apakah yang anda pegang itu ?. Sosok berpakaian putih itu menjawab, "Saya Malaikat dan saya sengaja menunggu kamu". " Buku ini? Ya ini adalah catatan  pribadi masing masing hamba Allah, yang baik, buruk, potret kehidupan sehari-hari nya dan juga gambaran amal dan ubudiyah nya". Dengan cepat  Abu Hasyim bertanya, "Apakah aku ada dalam catatan di buku itu?. "Tidak ada", jawab malaikat. Abu Hasyim tersentak kaget, rona muka nya yang ceria berganti sedih, dan bertanya, "Kenapa ya Malaikat?".

Malaikat menjelaskan, "Benar sekali anda Abu Hasyim seorang ahli ibadah, ahli zikir, ahli membaca al Qur'an. Mesjid ini menjadi saksi ketaatan anda, dan disiplin dalam shalat berjamaah serta sejumlah  amalan yang mempertebal  Iman anda kepada Allah, Al Khaliq". Malaikat memberikan data lain, "Anda Abu Hasyim, apakah saat anda ke Mesjid dalam menjalankan shalat rawatib, sempat melihat ke kiri dan ke kanan?". "Ya dan saya selalu bertegur sapa dengan orang yang saya jumpai". Malaikat memotong keterangan Abu Hasyim, "Kenapa anda Abu Hasyim tidak melihat, dan malah tidak mengetahui nya  Fulan yang miskin, yang tidak cukup mempunyai makanan buat anak dan istri nya, Fulan yang terjerat Riba,  saat meminjam uang, Fulan yang tidak memiliki pakaian yang pantas dan baik untuk Shalat. Dan banyak lagi tetangga anda yang memerlukan perhatian dan bantuan?".

"Abu Hasyim, itulah menyebabkan  nama anda tidak ada dalam buku ini. Anda asik dengan diri anda sendiri dengan ibadah yang anda jalankan. Anda, mengenyampingkan tetangga  di sekeliling. Anda merasa bahwa dengan cara itu, anda sudah dekat dengan Allah dan akan disayangi Nya".  Abu Hasyim semakin tertunduk, sedih dan air mata nya bercucuran  sambil selama ini telah salah memahami agama ku. Dengan ketekunan beribadah dan menjaga Iman, akan menjadikan diri di sayang Allah, ia mengucapkan astaghfirullah ..... astaghfirullah, ternyata aku  belum bisa menjadi orang yang baik, di cintai Allah"

"Ketahuilah Abu Hasyim, hubungan anda dengan Allah semata tidak lah menjamin manjadi orang baik dan di cintai Allah. Anda melalaikan dan tidak peduli pada sesama, dengan berbagai amalan shaleh".  Hubungan "vertical" tidak putus  dengan Allah harus dibarengi dengan hubungan "horizontal" dengan manusia.

Kisah ini sangat populer yang memberikan penekanan tentang "Iman dan Amal", ibarat  sebuah "koin" dengan dua sisi. Adanya kedua sisi koin itu, yang menunjukkan "sah-tidaknya" berlaku nya  koin itu. Kedekatan dengan Tuhan tercermin dengan kedekatan dengan sesama.

 Puasa Ramadhan yang telah memasuki hari ke delapan belas, kemudian dua hari lagi, memasuki fase "berebut malam lailatul  qadar". Sejalan dengan makna kisah Abu Hasyim ini maka kedekatan kepada Allah dengan menunaikan puasa dengan baik dan benar, disertai shalat tharawih, membaca Al Qur'an, tadarus, tahajud diikuti oleh amalan yang memperkuat kedekatan dan kepedulian kita pada sesama makhluk Illahi Rabby. Rasa lapar, haus, , kesabaran, dan makna dari Ramadhan  dibarengi dengan kewajiban membayar zakat fitrah, mengeluarkan zakat maal, infak, shadaqah serta amalan lain yang berkaitan dengan hubungan antar makhluk Allah.

Di dalam al Qur'an dapat didalami lebih jauh makna iman dan amal ini. Sejumlah ayat ayat Al Qur'an, lebih 70 ayat, menunjukkan kata iman dan amal, berdekatan dan berpasangan. Semoga kita memiliki iman kuat dan dan kepedulian sesama yang tidak dapat ditawar. Keyakinan bahwa antar sesama Muslim ibarat sesosok tubuh. Sakit sebagian akan dirasakan oleh bagian lain. Selamat berburu lailatul qadar dan sekaligus meningkatkan kepedulian pada sesama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline