"We have to change from doubters to believers" kata Jurgen Klopp setelah resmi teken kontrak menjadi nahkoda baru Liverpool FC. Pesan yang lugas ditengah kondisi klub yang sedang terseok-seok.
Pesan tersebut menjadi pengingat bagi publik Anfield dalam menjaga asa dan rasa percaya untuk mengantarkan Liverpool kembali terbang tinggi keangkasa.
Kepercayaan publik terhadap Klopp tidak terlepas dari pencapaiannya di Dortmund. Membangun tim yang solid, bersaing dengan klub superior, dan mengorbitkan pemain-pemain hebat.
Klopp adalah sosok yang mudah dicintai, sebagai seorang Manager hebat Klopp tetap menjadi manusia normal. Ketika timnya menang ia tidak segan untuk berselebrasi, berteriak, hingga bersorak ria bersama fans dan pemain, begitupun sebaliknya ketika kalah.
Setelah hampir tujuh tahun bersama, publik Anfield menuai hasilnya. Tim yang solid, gelar-gelar bergengsi dari Carabou Cup, Liga Inggris hingga Liga Champions sudah dapat dinikmati.
Pencapaian yang hanya bisa dinikmati melalui proses, melalui penantian, melalui dukungan, melalui kesabaran, rasa percaya, kerja keras tim pelatih hingga pemain.
Sebagaimana yang perlu diketahui sebelum datangnya Klopp, Liverpool adalah tim medioker. Faktanya para fans memang banyak berbicara sejarah karena era keemasan berlangsung di medio 60-90an. Setelahnya Manchester hingga hadirnya klub-klub kaya yang mendominasi liga Inggris dan Eropa.
Namun, satu hal pasti, dukungan penuh terhadap klub oleh fans selalu diberikan, 90 menit pertandingan selalu dibisingkan dengan sorakan "chants" atau nyanyian dukungan bagi klub hingga pemain.
Di musim keenam, Liverpool digadang-gadang akan kembali ke'habitat' sebagai klub medioker. Badai cedera, krisis keuangan klub karena pandemi, usia pemain yang sudah melewati masa produktif, hingga kontrak-kontrak pemain kunci yang habis menjadi faktor-faktor penyabab turunnya performa klub di musim tersebut.
Dengan status juara bertahan Liga Inggris, Liverpool menyudahi musim 2020-2021 dengan susah payah. Stadion menjadi sunyi, dukungan yang diberikan terasa aneh bagi pemain. Tidak ada sorakan personal bagi pemain, tidak ada nyanyian-nyanyian semangat khas publik Anfield.