santri merupakan salah satu aset penting bagi bangsa Indonesia.Mereka adalah generasi muda yang diharapkan dapat menjadi pemimpin masa depandan membawa kemajuan bagi negeri ini. Di era sekarang ini Santri menghadapiberbagai tantangan di zaman modern ini. Mereka harus mampu beradaptasi denganperkembangan teknologi, memahami isu-isu sosial dan politik terkini, sertamemiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk bersaing di dunia kerja.
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi santri adalah pesatnyaperkembangan teknologi. Teknologi telah mengubah cara kita berkomunikasi,belajar, dan bekerja. Santri harus mampu menguasai teknologi agar dapatmengikuti perkembangan zaman
Pondok Pesantren (Ponpes) subbulussalam Demak , menjadi salah satusaksi bagaimana santriwati menghadapitantangan modernisasi. Ponpes yang berdiri sejak tahun 1990 ini, kini telahmenjelma menjadi salah satu lembaga pendidikan Islam di Demak
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, Ponpes Subbulus salamjuga tidak luput dari tantangan modernisasi. Santriwati yang dulunya hanyabelajar ilmu agama, kini dituntut untuk menguasai ilmu pengetahuan umum danteknologi.
"Tantangan santriwati dalam menghadapi modernisasi cukupkompleks," ujar Pengasuh Ponpes subbulus salam , KH. Miftah , saat sayatemui di rumahnya, selasa (15/04/2023).
Menurut Kiai miftah, tantangan pertama yang dihadapi santriwatiadalah semakin terbukanya akses terhadap informasi dan budaya luar. Hal ini,kata dia, dapat mempengaruhi akidah dan akhlak santriwati jika mereka tidakmemiliki filter yang kuat.
"Santriwati harus mampu menyaring informasi dan budaya luaryang masuk. Mereka harus tahu mana yang baik dan mana yang buruk,"tegasnya.
Tantangan kedua yang dihadapi santriwati adalah perubahan gayahidup. Kiai miftah mengatakan, modernisasi telah membawa perubahan dalam gayahidup masyarakat, termasuk di kalangan santriwati.
"Santriwati dituntut untuk mampu beradaptasi dengan gaya hidupyang lebih modern, seperti menggunakan teknologi dan media sosial,"ujarnya.
Namun, Kiai miftah mengingatkan bahwa santriwati harus tetapberpegang teguh pada nilai-nilai agama dalam menghadapi modernisasi.
"Santriwati harus mampu mengambil manfaat dari modernisasitanpa meninggalkan nilai-nilai agama. Mereka harus menjadi agen perubahan yangmembawa Islam rahmatan lil alamin," pungkasnya.
Salah seorang santriwati Ponpes Subulussalam, mengakui bahwadirinya menghadapi tantangan dalam menghadapi modernisasi.
"Tantangan terbesar saya adalah bagaimana menyaring informasidan budaya luar yang masuk. Saya harus tahu mana yang baik dan mana yangburuk," ujar nya.
dia mengatakan, dirinya berusaha menyaring informasi dan budayaluar dengan berpegang teguh pada nilai-nilai agama.
"Saya selalu ingat pesan Kiai Miftah, bahwa kita harus menjadiagen perubahan yang membawa Islam rahmatan lil alamin," tegasnya.
dia berharap, santriwati lainnya juga dapat menghadapi tantanganmodernisasi dengan baik.
"Kita harus menjadi generasi yang cerdas dan beriman. Kitaharus mampu mengambil manfaat dari modernisasi tanpa meninggalkan nilai-nilaiagama," pungkasnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H