Lihat ke Halaman Asli

M Saekan Muchith

Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Nilai UN Siswa Miskin dan Anak Guru di Bawah Rata-rata

Diperbarui: 15 Juli 2018   16:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: kompas.com

Tahun akademik 2018/2019 untuk sekolah jenjang pendidikan dasar dan menengah sudah dimulai. Peserta didik hasil seleksi melalui Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi yang diatur dalam Permedikbud nomor 14 tahun 2018 mulai melakukan proses pembelajaran di sekolah sesuai pilihannya masing masing..

Setidaknya ada tiga macam siswa yang memiliki prioritas untuk diterima, yaitu Pertama, siswa yang memiliki prestasi sekurang kurangnya juara I kejuaraan tingkat nasional atau juara I, II dan III kejuaran tingkat internasional. Kedua, siswa yang kategori tidak mampu yang dibuktikan dengan Kartu Indonesia Pintar (KIP) atau Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang dikeluarkan oleh pemerintah desa setempat. Ketiga siswa yang menjadi anak guru disekolah pilihan yaitu anaknya guru yang mengajar di sekolah pilihan pertama. 

Dari ketiga kategori siswa yang mendapatkan prioritas masuk, terdapat polemik ditengah tengah masyarakat yaitu siswa yang dikategorikan tidak mampu yang masuk menggunakan KIP atau SKTM dan siswa yang menjadi anak guru disekolah pilihan. Terhadap siswa yang memiliki prestasi kejuaraan nasional dan internasional masyarakat menganggap wajar dan sah sah saja  jika mendapat perlakuan istimewa dengan prioritas masuk disekolah sesuai pilihan karena tidak mudah seorang anak memperoleh prestasi juara I ditingkat nasional atau  juara I, II dan III ditingkat internasional.

Logika pendidikan mengatakan bahwa, siswa yang layak memperoleh perlakuan istimewa (prioritas) adalah siswa yang memiliki kelebihan dalam bidang kecerdasan tertentu baik kecerdasan yang berkaitan dengan  fisik atau kecerdasan yang berkaitan  non fisik. 

Daniel Goleman  pencetus Kecerdasan Emosional (EQ) yang dikutip Taufik Pasiek (2005) dalam " Revolusi IQ/EQ/SQ Antara Neurosains dan Al Qur'an" menjelaskan bahwa kecerdasan manusia sekurang kurangnya menyangkut 7 (tujuh) macam yaitu kecerdasan linguistik, matematik, spasial, kinestetik, musikal, antar pribadi dan interpribadi.  Artinya setiap siswa yang memiliki kelebihan diantara 7 (tujuh) kecerdasan sudah selayaknya memperoleh perhatian khusus atau prioritas dalam pelayanan termasuk pelayanan masuk disekolah sesuai pilihan.

Realitas Siswa Prioritas

Tulisan ini tidak akan mempersoalkan sistem prioritas kepada siswa tidak mampu dan siswa yang menjadi anak guru disekolah pilihan. Karena sistem prioritas sudah dilakukan dan diatru berdasarkan regulasi yang sah. Tulisan ini akan memaparkan seperti apa realitas kualitas yang dimiliki siswa tidak mampu dan siswa yang menjadi anak guru disekolah pilihan yang memperoleh prioritas dalam PPDB tahun 2018.

Berdasarkan hasil survey (tracking) penulis  yang dilakukan bersama  Lembaga Riset Tasamuh Indonesia Mengabdi (Time) Jawa Tengah diperoleh hasil bahwa Rata rata hasil Nilai Ujian Nasional (NUN) siswa tidak mampu dan siswa yang menjadi anak guru disekolah pilihan ternyata tidak memuaskan, karena di bawah rata rata NUN siswa lain yang tidak memeproleh perlakuan istimewa.

Survey atau tracking dilakukan dalam PPDB online kepada siswa tidak mampu (miskin) sebanyak 7780 siswa dan kepada siswa anak guru disekolah pilihan sebanyak 230 siswa yang ada di 101 sekolah (SMA) dan tersebar di 28 (dua puluh delapan) Kabupaten/kota di Jawa Tengah. Hasilnya cukup memperihatinkan, bahwa siswa tidak mampu (miskin) yang diterima dengan prioritas, ternyata  memiliki NUN di bawah rata rata siswa yang kategori tidak miskin (regular). Masih banyak siswa miskin dengan Nilai UN di bawah angka 20.00 masih bisa diterima karena peraturan yang ditentukan dalam permindikbud nomor 14 tahun 2018.

Kualitas akademik siswa tidak mampu yang ditandai dengan NUN yang masuk melalui PPDB tahun 2018 berada dalam penyebaran sebagai berikut; yang memiliki NUN antara 10 s/d 15 sebanyak 5 %, yang memiliki NUN berkisar antara 16 s/d 20 sebanyak 22 %, yang memiliki NUN berkisar antara 21 s/d 25 sebanyak 53 %, yang memiliki NUN antara 26 s/d 30 sebesar 11 % dan yang memiliki NUNdiatas angak 31 hanya 11 %. Seperti diketahui mata pelajaran yang diujikan dalam UN SMP/MTS ada 4 mapel, sehingga dapat dikatakan siswa miskin yang diteriam di SMA di Jawa tengah mayoritas nilai Ujian Nasionalnya rata rata memperoleh nilai 6. (enam).

Sedangkan terhadap siswa yang menjadi anak Guru di sekolah pilihan, kualitas NUN berada dalam rentang nilai sebagai berikut; Siswa  yang mimiliki NUN di atas 31 sebanyak 26 %, yang memiliki NUN rentang antara 26 s/d 30 sebanyak 48 %, yang memilikiNUN antara rentang nilai 21 s/d 25  sebanyak 15 % dan yang memiliki NUN di bawah 20 sebanyak  11 %.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline