Lihat ke Halaman Asli

M Saekan Muchith

Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Saatnya Menikmati Hasil Pilkada

Diperbarui: 8 Juli 2018   10:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Kepala Daerah ( Pilkada) serentak telah usai. Hak sebagai rakyat Indonesia berupa memberikan hak suara atau hak pilih dan kewajibannya yaitu menjaga kelancaran, ketertiban, keamanan serta kesuksesan benar benar telah dilaksanakan sesuai regulasi yang ada. 

Apapun hasilnya harus dipahami sebagai bagian dari demokrasi. Bagi yang menang tidak boleh terlalu berbangga dan merasa sebagai raja. Bagi yang kalah juga tidak boleh putus asa dan merasa tidak berguna.

Tageline yang sering didengungkan dan ditanda tangani bersama " siap kalah dan siap menang" harus benar benar dilaksanakan dengan jiwa kenegaraan. Kita lupakan perbedaan dukungan dan pilihan. 

Kita hilangkan ketegangan yang terjadi saat sebelum pencoblosan. Mari kembali kepada jalinan atau ikatan tali persaudaraan, persatuan dan kesatuan serta kebangsaan yaitu Indonesia. Sekarang saatnya bangsa Indonesia menikmati hasil Pilkada, bukan saatnya menghujat dan mencaci maki gara gara kekalahan yang di derita.

Terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah periode 2018-2023 bukan merupakan hasil final melainkan  baru hasil antara  dari proses pilkada serentak tanggal 27 juni 2018. Artinya pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang meraih suara terbanyak bukan menjadi tujuan akhir tetapi menjadi awal mula untuk mewujudkan tujuan utama yaitu kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penyair atau sastrawan pada zaman jahiliyah bernama Afwah al Audi dalam kitab Al Ahkam Al Sulthaniyah karya Imam Al Mawardi berkata "Manusia pada dasarnya akan bertindak anarkhis dan sulit memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jika tidak ada orang yang berhati mulia diantara mereka. Dan tidak akan pernah ada orang yang berhati mulia jika yang menjadi pemimpin dari orang orang yang bodoh karena mereka hanya berfikir untuk dirinya dan kelompoknya".

Sampai disini sangat jelas hubungan kausalitas antara integritas dan kredibilitas pemimpin dengan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Artinya figur  pemimpin hasil pilkada bukan menjadi indikator satu satunya melainkan kemampuan menciptakan sistem yang menjamin kesejahteraan, kebahagiaan dan keadilan secara merata itulah yang diharapkan dan dirasakan seluruh rakyat Indonesia.

Prasyarat Kesejahteraan

Sekali lagi saya tegaskan bahwa tujuan utama pilkada serentak bukan sekedar menghasilkan pemimpin ( kepala daerah dan wakil kepala daerah) yang baru tetapi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kesejahteraan tidak akan datang tiba tiba. Kesejaheteraan harus diawali dari sikap kepribadian pemimpin yang benar benar memperhatikan kemaslahatan rakyatnya. Dalam kaidah ilmu fiqh dikenal istilah " tasharruful imam 'ala al ra' iyyah manutun bi al mashlahah" yang artinya kebijakan ( sikap dan ucapan lesan maupun tulisan) seorang pemimpin harus selalu diperuntukan demi terwujudnya kemaslahatan bagi rakyatnya. 

Hal ini mengandung makna bahwa terwujudnya kemashlahatan yang didalamnya berisi kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sangat tergantung dari kebijakan yang diambil oleh sang pemimpin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline