Lihat ke Halaman Asli

Andre Rosiade, Film India, dan Stigma tentang PSK

Diperbarui: 8 Februari 2020   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Poster film Beguum Jaan| Istimewa

Salah seorang Anggota DPR RI, Andre Rosiade, kerap menggegerkan publik melalui lontaran statemennya yang cukup pedas dalam mengkritik pemerintahan. Kini, politisi Gerindra itu kembali beraksi dengan melakukan penggerebekan terhadap salah satu pekerja seks komersial (PSK) yang menjajah menggunakan sistem online.

Sontak saja, apa yang dilakukan Andre Rosiade, menjadi bahan pembicaraan warganet. Pro dan kontra tercipta dalam ruang dialektika yang terbangun dari aksi sang wakil rakyat.

Ada yang setuju. Namun lebih banyak yang menyayangkan. Andre mengaku aksinya dilakukan lantaran banyak mendapatkan masukan dari para konstituennya.

Hal yang menarik dari aksi penggerebekan itu justru pada sisi sang PSK. Ia mengaku dijebak. Lebih parah lagi, sebelum dijebak dan digrebek, sang PSK harus "dipakai" terlebih dahulu.

Terlebih, sebagaimana dalam berbagai pemberitaan media massa, kamar yang dipakai untuk menjebak PSK itu diketahui merupakan kamar hotel milik ajudan Andre Rosiade yang dipinjamkan kepada orang yang memakai jasa PSK sekaligus melakukan jebakan itu.

Lantas, dari pemberitaan itu, sejumlah pihak sangat menyayangkan apa yang dilakukan dari anggota kader partai berlambang garuda tersebut. Bahkan, beberapa menilai, sang PSK hanya dijadikan sebagai subjek dalam hal ini.

Penulis berpandangan, tanggapan terkait dengan PSK yang dijadikan subjek sehingga dianggap sebagai korban itu tidak berlebihan.

Apalagi, untuk memutus mata rantai prostitusi online, tidak cukup dengan menjebak satu PSK lalu diumbar ke media.

Jika memang prostitusi hendak diperangi dan dilawan, maka menurut penulis harus ada desain yang besar dalam memutus pola dan mata rantainya.

Sehingga, membutuhkan serangkaian aksi besar, yang melibatkan energi besar, untuk mencapai tujuan besar.

Misal, apa yang dilakukan oleh Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menutup Dolly adalah langkah memutus mata rantai prostitusi. Jika hanya dari satu kasus semata, maka akan sangat wajar, kasus lain bermunculan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline