Lihat ke Halaman Asli

Sedikit Memperdalam Makna "Sehat Itu Aset"

Diperbarui: 15 November 2019   16:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Sehat (Foto: Freepik.com)

Saya mulai dari analogi yang sangat sederhana. Ketika kita telah sukses membeli ponsel yang kita idamkan, atau bahkan harganya bisa dibilang tidak murah, maka, hal pertama yang ada dalam benak kita, tentu melindunginya dari segala sesuatu yang membuat ponsel itu rusak.

Beranjak dari situ, maka pelindung ponsel untuk perangkat keras maupun perangkat lunaknya menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan, agar barang kesayangan kita itu tidak "cacat" dalam bentuk apapun. Maka, dari sini bisa kita katakan bahwa "Ponsel itu Aset" yang mendapat perlakuan istimewa.

Sama halnya, ketika kita berhasil membeli mobil mewah. Semua perangkat pendukung keselamatannya pasti akan kita penuhi agar mobil itu tidak tergores, bahkan jika terjadi kecelakaan sudah ada asuransi yang menyelesaikannya.

Harusnya sikap itu juga berlaku pada diri kita dan keluarga. Melindungi kesehatan tubuh dan keluarga, menjadi wajib dan harus dilakukan. Maka dari titik ini stigma tentang "Tubuh sebagai Aset" menjadi filosofi awal yang melandasi kita melindungi diri dan keluarga dari berbagai macam hal termasuk penyakit.


Namun stigma "Tubuh sebagai Aset" saja tidak cukup. Pemikiran itu, harus kita perluas jangkauannya. Sebab, berbicara tentang tubuh, maka ia selalu berada dalam dua kondisi. Sehat atau sakit. Jika memang kita hendak menghindari sakit atau meminimalisir datangnya penyakit dan juga untuk menyembuhkan penyakit, maka kita perluasan pemikiran dari "Tubuh itu Aset"  menjadi "Sehat itu Aset" mutlak adanya.

Maka makna "Sehat itu Aset" sudah mencakup pengertian "Tubuh itu Aset".  Kenapa? Karena berdasar berbagai pengalaman, baik dari diri sendiri maupun orang lain, kesehatan merupakan hal yang ternilai harganya, bahkan dengan uang sekalipun.

Agama mengajarkan kita untuk mengantisipasi beberapa hal. Yakni, menjaga masa muda sebelum datangnya masa tua. Menjaga masa kaya sebelum jatuh miskin, dan menjaga kesehatan sebelum kita jatuh sakit. Jika kita ambil saripati dari tiga antisipasi berdasarkan anjuran agama itu, maka kata kuncinya adalah sehat.

Agar masa muda kita bermanfaat dan memberikan hasil positif, maka faktor penting untuk menjalankannya adalah kita harus sehat terlebih dahulu. Begitu pula agar kita tetap bisa bekerja keras dan menghasilkan materi, lagi-lagi kata sehat itu menjadi kunci-nya.

Maka menjadikan "Sehat itu Aset" sebagai landasan hidup, sejatinya adalah salah satu esensi daripada kehidupan yang kita jalani.

Suatu waktu, mendiang Ibu saya didiagnosa menderita penyakit kanker payudara. Kondisi keuangan keluarga sedang jatuh. Saya dan ibu saya hanya hidup berdua saja. Waktu itu, akses informasi belum segencar ini, sehingga pemahaman tentang pentingnya asuransi kesehatan belum masif dan benar-benar diresapi kebutuhannya.

Sehingga anda bisa membayangkan sendiri bagaimana jatuh bangun seorang anak yang mencoba menyembuhkan ibu-nya yang terkena kanker, dan biaya pengobatan dan kesehatannya tidak terbantu asuransi kesehatan.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline