Lihat ke Halaman Asli

Ndol_endol

Mahasiswa

Permainan Dakon Meningkatkan Kesadaran Sosial dan Melatih Operasi Hitung Anak Sekolah Dasar

Diperbarui: 4 Mei 2020   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Terganggunya perkembangan hasil belajar  anak dan jiwa sosial anak merupakan dampak bimbingan  yang  tidak diterapkan secara optimal  dan ditunjang  dengan era digitalisasi dengan teknologi yang berkembang pesat dan melumpuhkan tingkat kesadaran sosial anak kepada teman sebayanya,  karena meraka sibuk dengan dunia  gadget  nya  sendiri, serta  menurunya tingkat kecerdasan  karena  mereka  cenderung memilih permainan modern yang rata-rata lebih banyak mengarah pada  kesenangan tanpa melihat parameter segi akademik, selain itu tingkat kemalasan
berpikir terstruktur  pada pelajaran  matematika anak mulai menurun karena  mereka ingin  semua serba efisien seperti contoh adanya kalkulator  dan juga efek permainan modern yang bersifat candu tanpa memperdulikan waktu.  

Berbanding terbalik dengan permainan tradisional yang lambat  laun  semakin menghilang, dan  yang seharusnya    wajib untuk  dilestarikan  karena merupakan kebudayaan  dan keaarifan lokal  yang  juga  bernilai edukasi, serta  tidak kalah penting perasaan senang juga tertuang dalam permainan tradisional. Permainan  tradisional  juga dapat dimanfaatkan dalam menunjang pembelajaran peserta didik  dan  memiliki dampak besar  dalam proses  menumbuhkan nilai-nilai akademik  dan sosial anak. 

Pembentukan    kerangka kreasi, kecerdasan, sportivitas,  dan  nilai kejujuran yang berjiwa sosial tinggi ditemukan dalam permainan tradisional  dapat ditemukan pada permainan tradisional,  Sehingga  dapat bersaing dengan permainan-permainan modern yang yang bernilai ekonomis tinggi,    Secara tidak langsung juga dapat melestarikan budaya karena jarang dimainkan.

permainan  tradisional tidak kalah banyaknya dengan permainan modern seperti  dakon, pasaran, engklek, jamuran, gobak sodor dan  masih  banyak lagi, permaianan-permainan  ini juga tidak hanya sebagai sara sebagai menghibur diri akan tetapi juga  memelihara keharmonisan, kenyamanan, dan kerukunan sosial untuk membentuk karakter anak sekolah dasar  yang lebih baik dan selaras dengan tujuan adanya bimbingan dan konseling di sekolah untuk membantu dan menyelesaikan masalah-masalah yang ia hadapi disekolah.

Permainan  dakon  merupakan salah satu permainan tradisional yang saat ini  jarang dimainkan oleh anak-anak sekolah dasar, permainan ini berbeda penyebutanya di berbagai daerah, di jawa penyebutanya  dengan  dakon, congklak,  dan  dakonan,  sedangkan di sumatera yang memilki kebudayaan melayu  menyebutnya dengan  congklak. Berdasarkan sejarahnya permainan dakon ini  awalnya  merupakan permainan gadis karena  permainan  dakon  hanya dimainkan oleh  anak-anak gadis bangsawan, akan tetapi seiring berkembangnya zaman permainan dakon semakin dikenal orang orang  awam dan penduduk meluas dari  berbagai strata tidak hanya bangsawan saja.

Bermain dakon dilakukan oleh 2 orang,  hal ini menunjukan bahwa saat bermain  peertadidik  dituntut  untuk mengenal lawan mainya  sehingga menumbuhkan    jiwa sosial yang  yang dimiliki oleh anak sekolah dasar, dan juga memicu timbulnya perilaku  sportifitas karena  saat salah satu bermain curang, maka lawan akan berhenti bermain sehingga permainan tidak berjalan seperti semula.  Alat yang digunakan   untuk melakukan permainan dakon ini  adalah meja dakon dan biji dakon/ kerang yang  berjumlah 98, disitu anak sekolah dasar dapat mengasah kemampuanya dalam segi konsep operasi hitung,  karena saat proses  bermain anak-anak di haruskan membagi 98  biji dakon tersebut  kedalam lubang dakon masing masing  7  biji dakon. 

Konsep operasi hitung pengurangan juga  digunakan pada saat anak membagi  biji dakon tersebut ketika di bagi sisa berapa biji dakon yang telah disebar ke setiap lubang, dan yang terpenting lagi dalam permainan ini adalah  konsep operasi hitung penjumlahan, yakni saat proses kegiatan anak
mengitung hasil akhir  permainan biji dakon yang ia dapat selama permainan berlangsung, mereka bisa menghitung satu persatu biji dakon dan mereka jumlahkan untuk mengetahui apakah ia menjadi pemenang karena mendapatkan biji dakon terbanyak,  ataukah kalah  saat  permainan
dikarenakan biji dakon yang ia dapatkan  lebih  sedikit dibanding lawan mainya, telah jelas permainan dakon atau congklak  ini  bisa menonjolkan eksistensinya di lingkup akademik yang bersifat perhitungan,  dibanding permainan Modern,  yang hanya menonjolkan sisi kesenangan saja tanpa memperdulikan sisi pendidikan atau akademiknya.

Secara umum siswa sekolah dasar gemar bermain, menurut mereka bermain dan belajar merupakan dua hal yang bertolak belakang. Bermain membuat peserta didik merasa senang sedangkan belajar membuat peserta didik merasa tersiksa, karena harus berfikir dan mengerjakan tugas, apalagi dengan belajar matematika yang tidak lepas bayangan-bayangan angka secara tekstual dalam pembelajaran, agar konsep matematika dapat mengendap  dalam fikiran mereka dibutuhkan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung  untuk melakukannya sendiri bukan sekedar menghafal dan mengingat faktanya saja.

Bimbingan Konseling dalam membantu peserta didik untuk menyelesaikan masalah sangat memiliki peran, adapun korelasi antara permainan dakon  dengan permasalahan yang dihadapi anak sekolah dasar ialah mereka cenderung malas untuk mengitung secara  langsung karena mereka lebih memilih menggunakan alat hitung efisien (kalkulator  saat pembelajaran berlangsung, sehingga permainan dakon hadir untuk memberi  win solution  agar peserta  didik dapat mengoprasikan hitungan dalam permaian dakon,  dan  mereka mampu menghadapi rasa bosan pada saat guru menyuguhkan angka-angka dalam operasi hitung di pembelajaran matematika.

Adapaun tahapan jika menghadapi peserta didik yang sudah  tidak memiliki jiwa kesadaran sosial yang tinggi kepada teman  sebayannya dengan,  pertama  guru membimbing saat orientasi didalam kelas bahwasanya manusia merupakan makhluk sosial  dan salah satunya dengan permainan dapat menumbuhkan rasa sosialisasi yang tinggi, kedua guru memberikan alat permainan dakon agar memicu mereka untuk memiliki rasa akrab dengan temanya satu sama lain dan membiarkan mereka bergurau untuk mengetahui parameter mereka nyaman dengan bermain dakon,  ketiga  saat permainan selesaikan mengubah lawan main peserta didik, agar lebih akrab dengan teman yang belum ia kenal sehingga dapat menimbulkan rasa sosial yang tinggi , awalnya memang kekalahan tersebut terdapat rasa emosi akan tetapi mereka belajar sendiri menstabilkan emosi agar tetap berjalan permainan dakon tersebut. Dalam permainan dakon pembentukan akhlak dan karakter dapat ditemukan pada saat salah satu pemain kalah,  pengakuan dalam menerima kekalahan adalah salah satu karakter yang harus dikembangkan, yang bertujuan untuk menerima pendapat orang lain ketika hidup bermasyarakat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline