Lebaran merupakan saat-saat yang ditunggu oleh seluruh umat Islam. Lebaran dapat berjumpa dengan orang orang kita cintai dan mereka siap menyambut kedatangan kita. Orang mudik biasanya membawa pundi keberhasilan selama mereka merantau. Membawa pulang sepeda motor dengan plat asal mereka merantau bercerita bagaimana dia bertahan hidup dan sukses di sana. Setelah bercerita panjang tidak berapa lama mengajak kami keluar untuk makan makan. Saat seperti ini kita semua enggan untuk melupakan.
Ada juga rakan lainnya pulang dari perantauan membawa sebuah mobil. Biasanya mereka pulang satu dua hari menjelang hari raya idul Fitri. Sambil takbiran di masjid rekan baru pulang mengajak kami keluar atau bisa juga sudah dibelikan makanan. Kemudian kami makan bersama setelah itu melanjutkan takbiran lagi. Ada juga rekan lainnya pulang dari merantau membawa dampak kurang baik. Mengajak kami minum minuman keras disaat orang lain membesar dan mengagungkan asma Allah.
Lebaran indentik dengan mudik setiap tahun siklus tersebut berjalan dengan baik. Lebaran tahun 2020 merupakan lembaran baru dalam berlebaran. Kegiatan rutinitas kita lakukan setiap tahun bergurau dan bercengkrama dengan keluarga dan teman berubah total seiring datangnya virus corona. Semua pintu akses masuk maupun keluar dijaga oleh aparat dalam rangka menyelamatkan warga Indonesia.
Berbagai cara orang tetap ingin mudik padahal pemerintah sudah melarang mereka mudik dengan mengatakan #JanganMudikDulu. Jalan tikus mereka lalui demi berlebaran di kampung halaman. Saya sudah tidak bisa berfikir secara rasional menghadapi orang seperti itu. Jalan tikus mereka terjang pertanyaan di benak saya "tikusnya lewat mana" kasihan tikus kalau hal ini terus di biarkan.
Ada seorang rekan berkerja di Jakarta kemaren video call dengan kami. "Assalamualaikum Pak RT," kebetulan malam minggu dan jadwal kami jaga di pos kamling.
"Wassalamualaikum," jawabku sambil kulihat siapa malam malam begini telpon. "Eh kamu gimana kabarnya semoga baik baik saja," aku mencoba menanyakan kabar sebagai pembukaan perbincangan kami.
"Alhamdulillah baik Pak RT semoga jenengan beserta warga RT 02 RW 08 tetap sehat semua. Amin". Dia kembali mendoakan kami agar daerah yang membesarnya tetap aman dan terkendali.
Situasi di pos kampling sangat ramai karena malam minggu otomatis kami tidak sendirian kebetulan juga ketua RW berjaga dan beberapa warga lainnya. Karena di situ banyak orang maka kuletakkan HP ditengah tengah agar semua bisa mendengar dan ikut berbicara seperti telah kami lakukan.
"Jakarta sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) lalu gimana dengan bisnismu," suara warga bertanya kepada dia.
"Sudah beberapa hari ini aku berada di rumah, tidak bisa kemana mana secara otomatis bisnisku berhenti," jawabnya dari seberang sana dengan jelas karena volume kami besarkan.
"Makan dan minum gimana?" tanya ketua RW ku.