Jika berbicara tentang desa yang terpikirkan mungkin dibenak kita adalah suasana yang masih asri, tradisional, dan sederhana. Kehidupan masyarakat desa seringkali dibandingkan dengan kehidupan masyarakat kota. Masyarakat desa diasosiasikan sebagai kelompok masyarakat yang hidup secara sederhana, hidup berdampingan dengan alam, dan juga memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi.
Pekerjaan masyarakat desa umumnya didominasi oleh pekerjaan petani, peternak, dan pekerjaan lainnya yang mengandalkan alam sekitarnya. Selain itu, masyarakat desa dianggap sebagai kelompok yang konservatif dengan memegang teguh nilai -- nilai luhur yang ada sejak dahulu.
Alam dan masyarakat desa tak bisa dilepaskan begitu saja. Sebagai kelompok yang memiliki pekerjaan mayoritas petani, mau tidak mau masyarakat sangat tergantung terhadap kondisi alam yang ada. Terlepas dengan ada atau tidaknya budaya untuk menghormati alam, masyarakat desa secara nyata bergantung terhadap alam agar tetap bertahan hidup.
Masyarakat desa menjaga alam adalah kondisi idealnya sebuah kehidupan desa. Namun, pada kenyataannya tidak semua masyarakat desa mampu dan mau menjaga alam mereka. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup masyarakat desa yang masih membuang sampah sembarangan, BAB di sungai, dan penambangan atau cara bertani yang tidak baik.
Berbicara mengenai kerusakan lingkungan atau penyumbang perubahan iklim selalu diarahkan kepada masyarakat kota yang notabene adalah kawasan industri padat penduduk. Polusi udara, gas rumah kaca, penebangan hutan untuk produksi, hingga konsumsi yang berlebihan baik itu terhadap energi dan makanan. Sebenarnya, para aktor pengerusakan lingkungan bukan hanya masyarakat kota, namun juga masyarakat desa menjadi aktor perusakan lingkungan dan perubahan iklim yang terjadi di dunia.
Masalah Lingkungan di Desa
Perusakan lingkungan yang terjadi di pedesaan pada umumnya disebabkan oleh faktor ekonomi, tidak adanya kesadaran, dan pendidikan. Tidak semua masyarakat desa memiliki keinginan untuk tetap hidup secara sederhana atau tidak mau mendapatkan keuntungan sebanyak -- banyaknya. Hal ini juga dipengaruhi oleh interaksi dengan masyarakat kota dan mudahnya akses informasi melalui internet. Masyarakat pun sebenarnya tidak sadar akan perusakan yang dilakukan oleh mereka. Kondisi ini diperparah dengan tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulit untuk merubah kesadaran masyarakat desa.
Kerusakan Lingkungan di Ranupani
Demi mengetahui perusakan desa dan perubahan iklim yang dilakukan masyarakat desa dapat diambil contoh satu daerah di Jawa Timur yakni Desa Ranupani, Kabupaten Lumajang. Permasalahan lingkungan di Ranupani sebenarnya sudah menjadi sorotan aktivis lingkungan dan Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejak dahulu. Pada tahun 2018 menurut John Kenedie selaku Kepala Balai Besar kala itu menyatakan bahwa jika tidak ada tindakan sama sekali maka dalam kurun waktu 20 tahun danau Ranupani akan menghilang menjadi daratan. Pertanyaannya adalah siapakah pelaku dari perusakan lingkungan disana?. Jawabannya adalah masyarakat desa itu sendiri. Aneh rasanya ketika masyarakat desa dikatakan sebagai masyarakat yang hidup berdampingan dengan alam namun dilain sisi juga merusak alam.
Masyarakat Ranupani menggunakan teknik pertanian yang eksploitatif demi mengejar keuntungan maksimal namun melupakan kondisi lingkungan di sekitarnya. Bukan hanya kerusakan lingkungan yang dihasilkan namun perubahan iklim pun dapat muncul akibat dari pupuk yang digunakan secara berlebihan.