Lihat ke Halaman Asli

Muchamad Iqbal Arief

Independent Content Writer

Kematian Akibat Kelaparan: Bagaimana Sistem Sosial Kita Gagal Melindungi yang Rentan?

Diperbarui: 15 Agustus 2024   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kemiskinan Ekstrim oleh Johnstocker

Baru-baru ini, berita tentang seorang driver ojol di Medan yang meninggal dunia karena kelaparan mengguncang banyak orang. Bayangkan, di kota sebesar Medan, di tengah hiruk-pikuk dan gedung-gedung tinggi, ada seseorang yang kehilangan nyawanya hanya karena tidak punya uang untuk makan. 

Di era modern ini, saat kita bisa memesan makanan dalam beberapa klik di aplikasi, masih ada orang yang secara tragis tidak bisa merasakan hal yang sama. Kematian driver ini bukan sekadar tragedi personal; ini adalah cerminan dari kegagalan sistem sosial kita.

Kamu mungkin bertanya-tanya, bagaimana mungkin kelaparan masih bisa terjadi di zaman sekarang? Bagaimana bisa seorang yang bekerja keras, yang keluar rumah setiap hari untuk mencari nafkah, tetap tidak bisa memenuhi kebutuhan dasar seperti makan? Di sinilah kita harus menghadapi kenyataan pahit: sistem sosial kita sering kali tidak mampu melindungi mereka yang paling rentan.

Kesenjangan yang Semakin Melebar

Mari kita jujur. Kemiskinan dan ketidaksetaraan bukanlah fenomena baru di Indonesia. Namun, saat kita membicarakan tentang kota besar seperti Medan atau Jakarta, sering kali ada anggapan bahwa mereka yang tinggal di kota besar pasti lebih sejahtera. Faktanya, kesenjangan antara yang mampu dan yang tidak mampu semakin nyata. Mereka yang bekerja di sektor informal, seperti driver ojol, sangat rentan terhadap guncangan ekonomi. Ketika pendapatan mereka tidak pasti, mereka sering kali terjebak dalam siklus kemiskinan yang sulit ditembus.

Baca juga: Mengubah Luka menjadi Kekuatan

Sistem sosial kita, yang seharusnya melindungi mereka dalam situasi seperti ini, justru sering kali tidak hadir. Jaring pengaman sosial yang ada seringkali tidak cukup kuat atau terlalu birokratis untuk diakses oleh mereka yang paling membutuhkan. Seorang driver ojol yang kehilangan nyawanya karena kelaparan adalah contoh nyata dari kegagalan sistem yang tidak dapat menyediakan dukungan mendasar bagi warganya.

Solidaritas yang Mulai Memudar

Indonesia dikenal dengan budaya gotong-royongnya. Di banyak komunitas, solidaritas sosial adalah benteng terakhir bagi mereka yang membutuhkan bantuan. Namun, seiring dengan modernisasi dan urbanisasi, nilai-nilai ini tampaknya semakin pudar. Di kota-kota besar, kita sering kali hidup dalam "gelembung" kita sendiri, lebih sibuk dengan urusan pribadi daripada memperhatikan tetangga di sekitar. Padahal, dengan memperkuat solidaritas sosial dan kepedulian terhadap sesama, banyak tragedi seperti ini bisa dicegah.

Kamu mungkin ingat, dalam budaya kita dulu, ada istilah "pager mangkok" di mana tetangga saling berbagi makanan. Ini adalah bentuk nyata dari gotong-royong yang kini mungkin mulai memudar di masyarakat perkotaan. Ketika solidaritas ini hilang, mereka yang rentan semakin tersisih. Mereka tak hanya menghadapi ketidakpastian finansial, tetapi juga kehilangan dukungan sosial yang bisa menjadi jaring pengaman terakhir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline