Lihat ke Halaman Asli

Muchamad Iqbal Arief

Independent Content Writer

Etika vs Kenyamanan: Budaya "Ngaret", Kebiasaan yang Sudah Melekat?

Diperbarui: 13 Agustus 2024   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto memukul jam oleh Dragen Zigic/Freepik

Kamu pasti pernah merasakan atau bahkan terlibat dalam situasi ini: janjian ketemu teman jam 10 pagi, tapi yang datang tepat waktu cuma segelintir.

Atau, saat rapat kantor yang harusnya mulai jam 9, tapi baru ramai-ramainya setengah jam kemudian.

Ya, itulah yang kita kenal sebagai budaya "ngaret"---sesuatu yang, mau tak mau, sudah jadi bagian dari keseharian kita.

Tapi pernahkah kamu berpikir, apakah kebiasaan ini hanya soal kenyamanan atau ada hal lebih penting yang kita abaikan?

 "Ngaret": Kenyamanan yang Terasa Aman, Tapi...

Banyak dari kita menganggap "ngaret" sebagai cara untuk memberi diri sedikit kelonggaran.

"Nggak usah buru-buru, paling telat juga cuma 15 menit," mungkin itu yang sering kamu dengar atau bahkan kamu katakan sendiri.

Di satu sisi, ini memang terasa nyaman.

Kamu jadi punya waktu lebih untuk bersiap-siap, dan kalau ada halangan di jalan, nggak terlalu panik.

Tapi, ada sisi lain yang mungkin luput dari perhatian kita.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline