Lihat ke Halaman Asli

Keahlian dan Inspirasi Menulis

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

142452292294345374

[caption id="attachment_352314" align="aligncenter" width="480" caption="http://sukbis.com/teori-kreatifitas/"][/caption]

Oleh MUCH. KHOIRI

HAKIKATNYA sebuah inspirasi tumbuh berkembang dari pengetahuan simpanan (prior knowledge) seseorang yang mendapatkan pemicu (trigger) unik tertentu—baik disengaja maupun tidak. Sekarang, bagaimana inspirasi seseorang berhubungan erat dengan keahlian (expertise) yang dimilikinya?

Keahlian merupakan salah satu dimensi ‘pengetahuan simpanan’. Ia berkembang meluas dan mendalam berkat latihan demi latihan. Ia juga berkembang berkat berbagai upaya peningkatan yang disengaja. Secara simultan keahlian membuat orang memiliki wawasan luas dan kebijakan hidup.

Seseorang ahli di suatu bidang sangat tahu seluk-beluk tentang hal itu. Kendati ada ungkapan bahwa pengetahuan manusia terbatas, seorang ahli boleh dikata ‘manusia (hampir) tanpa batas’ di bidangnya. Diajak berbincang apapun tentang bidang itu, ia akan mudah nyambung. Ia bahkan laksana kamus ensiklopedia berjalan di bidang itu.

Dengan demikian, seorang ahli memiliki kekayaan pengetahuan simpanan, yang memungkinkan ia untuk melakukan refleksi, kontemplasi, dan ekspresi (re)produktif. Pada gilirannya ia mampu menangkap dan merespons suatu stimulus secara cerdas dan spontan. Pada titik inilah “inspirasi” untuk melakukan sesuatu pemikiran, sikap, dan tindakan bertumbuh berkembang.

Tentu saja, proses bertumbuh-kembangnya inspirasi dalam diri seseorang sangat unik. Ada sesuatu yang transendental terjadi di dalamnya. Orang yang mengalaminya kerap menganggapnya aneh. Namun, satu hal jelas, keahlian orang berbanding lurus dengan kemudahan memetik inspirasi.

Seorang nelayan berpengalaman, misalnya, pastilah ahli dalam dunia ikan dan teknik menangkap ikan—bahkan kerap ahli perbintangan. Ia tahu kapan dan di mana ikan berada, sehingga tahu apa yang harus dilakukan. Ia juga secara naluriah dan spontan tahu bagaimana seharusnya jika badai menghantam sampan atau perahu layarnya.

Seorang ahli teknik sipil juga amat lihai tentang seluk-beluk rekonstruksi, mulai perencanaan, pelelangan, pembangunan, pengadaan furnitur, dan sebagainya. Serinci apapun perubahan atau penyesuaian terhadap disbursement plan, misalnya, bisa dikenalinya dengan baik. Jika ada suatu masalah, inspirasi solusinya pastilah muncul dengan mudah.

Guru yang baik juga demikian. Ia sangat tahu tentang tugasnya mengajar dan mendidik siswa. Ia bukan hanya cekatan dalam menyiapkan perangkat pembelajaran, melainkan juga mantap dalam mengajar di kelas. Bahkan ia berperan aktif sebagai pendidik yang patut diteladani. Jika ada siswa nakal, misalnya, ia tahu bagaimana menyikapinya dengan tepat.

Nelayan tahu solusi atas masalah yang menghadang, sama dengan ahli teknik sipil atau guru yang tahu solusi atas masalahnya. Ketiganya menangkap dan merespons masalah secara naluriah dan spontan. Mengapa demikian? Karena mereka memiliki sumber referensi simpanan pengetahuan (keahlian) yang memadai untuk menghadirkan inspirasi.

Jika mereka tidak mampu menghadirkan inspirasi pemikiran, sikap, dan tindakan secara naluriah-spontan, maka keahliannya patut dipertanyakan.  Bagaimana mengujinya? Mereka patut bisa diuji pada saat kritis. Ya, pada saat kritislah mereka diuji apakah mereka mampu menghadirkan solusi bagi masalah yang dihadapinya.

Demikianlah, tesis tentang relasi antara keahlian dan inspirasi bisa diadopsi dalam dunia menulis. Praktisnya, seseorang yang ahli dalam bidang tertentu akan mudah menghadirkan inspirasi menulis dalam bidang itu. Ini sejalan dengan pemikiran bahwa tulisan yang bernas hakikatnya merupakan karya orang yang sangat tahu tentang bidang yang ditulisnya.

Dalam berbagai kesempatan, saya selalu menyarankan, sebaiknya (calon) penulis menulis apa yang paling diketahui. Frasa ‘apa yang paling diketahui’ ini tentulah identik dengan keahlian yang dimiliki. Jika orang tahu apa yang ditulisnya, proses menulisnya akan lancar, dan hasilnya akan berkualitas.

Jika Anda ahli di bidang budaya pop, buatlah tulisan tentang budaya pop. Jika Anda ahli dalam pembudidayaan ikan lele, buatlah buku tentang jurus jitu budidaya ikan lele. Analog itu, Anda bisa menulis buku tentang spionase, hukum, sastra, media, buah apel, dan segala jenis bidang lain—jika Anda memang ahli di salah satu atau lebih bidang itu.

Kegagalan tulisan terjadi lazimnya akibat ketidakahlian penulis dalam topik yang ditulisnya. Tidak sedikit penulis yang bukan ahli politik, menulis tentang politik; ada penulis bukan ahli ekonomi menulis tentang ekonomi. Tak heran, ada tulisan-tulisan politik, ekonomi, hukum, dan bidang-bidang lain yang analisis dan nalarnya dangkal.

Maka, tidak ada jalan lain. Membaca (dan terus belajar) adalah kewajiban bagi setiap penulis. Ia harus menambah dan terus meningkatkan tingkat keahliannya dalam bidang yang ditekuninya. Membaca itu guru yang hakiki, yang darinya pengetahuan simpanan akan menumpuk. Hanya dengan demikian, keahlian penulis akan pantas diandalkan.

Selagi penulis memiliki keahlian masing-masing, termasuk lebih dari satu keahlian, ia akan mampu menghadirkan inspirasinya dengan mudah. Kehadiran sebuah karya (tulis) bangkit berkat kehadiran inspirasi menulis. Jika inspirasi sudah ada, tinggal bagaimana menindak-lanjutinya: menulis nanti atau sekarang?*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline