Lihat ke Halaman Asli

Pengaruh Kenaikan Dolar terhadap Harga Kebutuhan Pokok di Pasar Semuli Raya

Diperbarui: 24 Oktober 2018   14:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

 

 Beberapa hari ini terjadi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Dimana sekarang rupiah sudah menyentuh nilai Rp.15.200 per dolar AS. meskipun hari ini nilai tukar rupiah sdikin bergerak naik di angka Rp. 15.180,65 per dolar AS(https://kursdollar.net/).Namun hal tersebut sangat memprihatinkan. Tetapi menurut Ibu Sri Mulyani, nilai tukar tersebut masih termasuk wajar dan aman. Padahal dalam kenyataanya negara sangat dirugikan dengan kenaikan dolar tersebut.

Menurut Pengamat Ekonomi Sumsel dari Unsri, Yan Sulistiyo mengatakan lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar ini akan mengoreksi semua harga yang mendukung kehidupan masyarakat.(palembang.tribunnews.com). Kenaikan harga dolar ini akan memicu kenaikan harga bahan bakar minyak yang nantinya akan berimbas pada semua lini masyarakat, termasuk harga  bahan pokok dan listrik.

Namun hal tersebut tidak lantas berpengaruh langsung terhadap harga kebutuhan pokok (sembako) di pasar tradisional. Seperti pengamatan penulis, di pasar induk Semuli Raya. Kenaikan dolar terhadap rupiah tidak terlalu berpengaruh terhadap harga kebutuhan pokok seperti cabai,bawang merah dan bawang putih juga beras. Rata-rata tidak ada kenaikan. Malah seperti tomat dan bawang putih mengalami penurunan harga antara Rp.2.000-Rp.3.000/kg.

Menurut Pak Muslih(49 tahun) selaku pejual sembako, bahwa kenaikan dolar tidak berpengaruh apa-apa terhadap harga-harga sembako. Malah cenderung terjadi penurunan harga. 

Menurutnya, harga sembako dan sayuran serta komoditas palawija lebih terpengaruh oleh cuaca dan distribusi dari produsen atau petani sampai pasar daripada terhadap dolar. 

Sebagai contoh jika musim hujan dan banjir, maka harga-harga  naik karena terjadi ketelatan pengiriman barang serta terjadinya gagal panen sehingga terjadi kelangkaan barang. Sebagai contoh bawang merah brebes sekarang cenderung stabil saat musim kemarau seperti ini. 

Namun berbeda jika musim hujan yang berkepanjangan, biasanya tanaman bawang terjadi pembusukan atau terjadi banjir sehinga gagal panen, hal tersebut yang menyebabkan kenaikan harga.

Berbeda lagi menurut Vika(26 tahun) selaku penjual alat-alat elektronik. Menurutnya harga-harga alat elektronik sangat tergantung terhadap nilai tukar rupiah terhadap dolar, itu dikarenakan  alat elektronik merupakan barang-barang impor. Dimana barang-barang  tersebut sangat terpengaruh terhadap perubahan nilai tukar rupiah terhadap dolar. 

Tak berbeda menurut Maskan(55 tahun) bahwa harga elektronik merangak naik. Sebagai contoh harga mesin cuci yang bulan lalu harga Rp.2.750,000,- per unit. Namun bulan ini tiap minggu belanja, melalui sales terjadi kenaikan harga antara Rp. 50.000 -Rp. 75.000 per unit. Juga untuk beberapa jenis alat elektronik seperti freezer dan televisi layar datar juga mengalami kenaikan harga yang signifikan.

 Memang kenaikan harga tidak lantas langsung naik tinggi. Namun menurut Pak Supri(41 tahun) yang juga penjual alat-alat  elektronik. Harga jual sekarang terkadang tak sesuai untuk bisa buat belanja lagi. Karena harga jual terkadang lebih rendah dibanding saat belanja kembali. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline